INDONESIA CREATIVE FILM
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN FILM
Penyiaran TV
(Lanjutan1)
1. Pustaka
Program. Pustaka program adalah berbagai program hasil produksi sendiri maupun
dari hasil pembelian dalam bentuk kaset, tape,cd, film dan sebagainya yang
telah atau akan disiarkan perlu diadministrasikan dan disimpan dengan baik di
dalam ruang perpustakaan audio visual. Biasanya hasil produksi program (master)
digandakan beberapa copy kebentuk sesuai dengan perangkat playernya.
Perpustakaan mendapat satu copy dengan informasi yang lengkap seperti judul,
ditayangkan hari tanggal tahun jam dan durasinya, termasuk artis dan kerabat
kerjanya sehingga menjadi media yang informatif. Data tersebut dibukukan dan
diberi nomor dan didaftar pada katalog, sehingga akan lebih memudahkan
pencarian bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Berikut ini contoh berbagai program
yang disimpan di perpustakaan.
Audio musik
2. Pustaka
Musik dan Sound Efek. Disamping hasil produksi, untuk keperluan produksi
diperlukan materi pendukung berbagai
musik untuk
backsound maupun sound efek. Oleh karena itu perpustakaan perlu melengkapi
pustaka musik berbagai jenis
seperti musik
tradisional, klasik, jazz, pop dan sebagainya. Atau musik hasil ciptaan sendiri
(penata suara) dan musik-musik
yang pernah
digunakan untuk mendukung produksi program perlu penyimpanan dan
pengadministrasian dengan baik. Biasanya jenis musik yang digunakan dalam
produksi adalah jenis instrumentalia. Demikian pula berbagai jenis sound efek
seperti suara
angin, hujan, petir, berbagai suara binatang, suara orang berjalan, membuka
pintu, tepuk tangan dan sebagainya, perpustakaan perlu memiliki koleksi
sehingga memudahkan bila sewaktu-waktu producer membutuhkan.
3. Bank Gambar.
Yang dimaksud dengan bank gambar adalah kumpulan dari materi produksi hasil
shoting. Setelah produksi
selesai maka
gambar-gambar hasil shoting dikumpulkan dan diberi identitas dan informasi yang
lengkap. Gambar-gambar ini
bermanfaat
untuk produksi revisi ataupun bisa dimanfaatkan untuk memproduksi program baru
dengan tinjauan maupun tema yang berbeda. Disamping disimpan untuk keperluan
arsip/dokumen yang kemungkinan sewaktu-waktu diperlukan.
4. Buku
referensi. Buku-buku referensi juga sangat diperlukan terutama para produser
dan penulis naskah untuk merencanakan suatu program. Oleh karena itu
perpustakaan perlu memiliki koleksi buku referensi yang lengkap, untuk
mempermudah produser dan penulis naskah dalam mendapatkan buku acuan atas
naskah yang dibuatnya.
K. Produksi
Program TV
Produksi program
TV memerlukan pemikiran serius dari seorang produser, karena produser adalah
orang yang paling bertanggung jawab atas produksi program. Terdapat beberapa
hal yang harus dipikirkan atau direncanakan oleh seorang producer untuk
produksi program TV yaitu : materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya
produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan
produksi. Materi Produksi adalah apasaja yang mampu menggugah ide seperti
kejadian, peristiwa, pengalaman, karyacipta, binatang, hutan dan sebagainya.
Seorang producer akan tersentuh pikirannya dan akan merangsang untuk beride
untuk menciptakan sesuatu program Tv. Ide atau gagasan tersebut diubah menjadi
tema program dokumenter atau sinetron atau program yang lainnya. Dari tema
muncullah konsep program tersebut diwujudkan menjadi sinopsis yang
menceriterakan kejadian secara singkat tetapi menyeluruh. Dari sinopsis dibuat
treatment yang memuat langkahlangkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi
suatu program. Dari treatment diciptakan/ditulis naskah/script atau langsung
diproduksi. Sebenarnya dari treatment telah nampak apakah
program yang
akan dibuat bermutu/berbobot atau tidak. Oleh karena itu perlu penyempurnaan
konsep program sehingga
menghasilkan
naskah program yang baik. Kriteria program yang baik menurut NHK adalah:
Kesatuan antara gagasan dan kebenaran, Kesatuan antara kemampuan daya cipta dan
kemampuan teknis, relevan untuk setiap masa, memiliki tujuan yang jelas dan
luhur, mendorong kemauan belajar dan mengetahui, mereduksi nafsu dan kekerasan,
keaslian, menyajikan nilai-nilai universal,menyajikan suatu yang baru dalam
gagasan format dansajian, serta memiliki kekuatan mendorong perubahan yang
positip. Program yang akan diproduksi dikelompokkan menjadi dua yaitu program
adlib yaitu program yang diproduksi tanpa/tidak perlu menggunakan naskah karena
tidak mungkin ditulis dan produksi program sistim bloking yaitu produksi
program yang menggunakan naskah/script. Contoh progaram yang tanpa naskah
seperti wawancara, talkshow secara langsung dan mungkin seorang pelawak tidak
mungkin/sulit untuk menghafalkan naskah.
1. Sarana,
Biaya, Organisasi dan Tahapan Pelaksanaan Produksi
a. Sarana
(Peralatan dan bahan) Produksi
Peralatan
produksi program TV dikelompok peralatan utama yaitu : peralatan perekam
gambar, perekam suara dan peralatan pencahayaan. Peralatan produksi di dalam
studio sudah dipasang/diinstal tetap di dalam ruang studio pengambilan
gambar/shoting dan ruang pengendali. Peralatan-peralatan tersebut adalah
sebagai berikut. Peralatan yang ada di arena shoting yaitu :
1) Kamera
TV/Video sebanyak 2 – 4 buah
2) Perlengkapan
Kamera : Tripot, dolly, headpon, kabel kamera
3) Lampu :
Lampu studio, lampu stand, lampu spot
4) Micropon
Peralatan di
ruang pengendali yaitu :
1) Mixer Video
2) Switcher
Video
3) VTR atau VCR
4) Mixer audio,
amplifier, tape dack, equalizer, Speaker headpon
5) Switcher
lampu studio
6) Peralatan
Sumber Video : VCD/DVD Player, VTR/Telecine
7) Sumber audio
: computer, Pick Up (turntable), Tape/kaset recorder
Peralatan-peralatan
tersebut adalah yang diperlukan untuk produksi di dalam studio. Biasanya sudah
dipasang/ diinstal tetap. Untuk keperluan produksi di luar studio biasanya
menggunakan peralatan yang portable karena mudah dibawa ke mana-mana. Pada prinsipnya
peralalatan yang digunakan untuk produksi/shoting di luar studio adalah sama
dengan di dalam studio. Bahan Produksi adalah material perangkat lunak yang
dipakai produksi. Misalnya tape/kaset video dari berbagai jenis sesuai dengan
peralatan /kamera yang digunakan; kaset/tape audio; bolam lampu sesuai dengan
jenis lampu
yang digunakan;
bateray sesuai dengan jenis peralatan yang menggunakan bateray, CDR/CDRW dan
sebagainya.
Pertimbangan
jenis dan banyaknya peralatan tergantung format program yang akan diproduksi,
apakah akan/bisa diproduksi di dalam studio atau harus di luar studio, apakah
dikejar waktu atau ada tenggang waktu. Oleh karena itu demi tertibnya
administrasi penggunaan barang/peralatan dan juga dapat digunakan ceking
sehingga tidak ada peralatan yang tidak terbawa, maka setiap produksi harus
mengisi daftar peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Format kebutuhan/penggunaan
peralatan adalah sebagai berikut.
b. Biaya
Produksi
Seorang
produser harus membuat dan mengajukan proposal rencana anggaran biaya produksi
program yang akan dikerjakan kepada stasiun penyiaran (menager Program). Dalam
merencanakan anggaran biaya produksi ada dua pendekatan yaitu budget/financial
oriented dan quality oriented. Financial oriented. Perencanaan anggaran
berdasarkan
pada
kemungkinan keuangan yang ada. Bila keuangan terbatas, maka tuntutan kebutuhan
tertentu harus dibatasi. Misalnya lokasi shoting di dalam kota tidak perlu ke
luar kota, artis kelas dua atau kelas tiga yang tidak terlalu mahal, penginapan
dan waktu shoting dipersingkat, konsumsi yang tidak terlalu mewah dan
sebagainya. Semua tergantung anggaran yang ada. Quality Oriented. Perencanaan
biaya produksi berdasarkan tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal.
Berarti dalam hal ini tidak ada masalah keuangan. Dengan demikian produser
dapat mengajukan anggaran seideal mungkin agar bisa mempertahankan/mencapai
kualitas produksi yang maksimal. Produksi semacam ini disebut dengan produksi
prestige yaitu produksi yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan financial
dan nama perusahaan. Artinya hasil produksi tersebut layak jual. Disamping itu
juga memiliki nilai dan manfaat bagi masyarakat. Biasanya dalam merencanakan
anggaran disamping dituntut kualitas juga harus melihat budget yang ada. Oleh
karena itu bisa diambil jalan tengah yaitu dengan dua pendekatan secara
simultan. Dalam hal ini seorang produser harus bisa mengidentifikasi hal-hal
yang perlu dibiayai atau bagian apa yang bisa ditekan tanpa mengurangi kualitas
produksi. Berarti merencanakan anggaran seefektif dan seefisien mungkin.
Berikut ini merupakan contoh kegiatan atau pokokpokok yang memerlukan biaya
sebagai bahan membuat rencana anggaran sebagai berikut.
1) Peralatan
Lokasi Shoting
Kamera : Rp.
……………………………….
Recorder: Rp.
……………………………….
Kaset/Tape: Rp.
……………………………….
Audio : Rp.
……………………………….
Lampu: Rp.
……………………………….
Perlengkapan :
Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
2) Sewa Lokasi
Lokasi 1 : Rp.
……………………………….
Lokasi 2 : Rp.
……………………………….
Lokasi 3, dst :
Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
3) Setting
Grafik : Rp.
……………………………….
Dekorasi : Rp.
……………………………….
Visual, dst :
Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
4) Transportasi
Sewa mobil :
Rp. ……………………………….
Bensin/solar :
Rp. ……………………………….
Parkir : Rp.
……………………………….
Tiket pesawat :
Rp. ……………………………….
Jalan tol : Rp.
……………………………….
Lain-lain : Rp.
……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
5) Akomodasi 10
hari shoting
Hotel 1 /hari x
10 : Rp. ……………………………….
Hotel 2 /hari x
10 : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….
6) Konsumsi 10
hari shoting
Artis 15 orang
: Rp. ……………………………….
Crew 20 orang :
Rp. ……………………………….
Staf prod. 7
orang : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
7) Property
Sewa meja kursi
: Rp. ……………………………….
Almari kuno :
Rp. ……………………………….
Senapan : Rp.
……………………………….
Lain-lain : Rp.
……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
8) Kerabat
kerja
Kamerawan 1 :
Rp. ……………………………….
Kamerawan 2 :
Rp. ……………………………….
Audioman : Rp.
……………………………….
Lightman : Rp.
……………………………….
Kerabat kerja :
Rp. ……………………………….
Tambahan : Rp.
……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
9) Editing dan
Mixing
Fasilitas
editing : Rp. ……………………………….
Kerabat kerja :
Rp. ……………………………….
Bahan : Rp.
……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
10) Musik : Rp.
……………………………….
Komponis : Rp.
……………………………….
Rekaman : Rp.
……………………………….
Peralatan musik
: Rp. ……………………………….
Bahan : Rp.
……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
11)
Administrasi
Telepon : Rp.
……………………………….
Fax : Rp.
……………………………….
Fotocopy : Rp.
……………………………….
Stationary :
Rp. ……………………………….
Petugas : Rp.
……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
12) Artis
Peran kelas 1,
3 orang : Rp. ……………………………….
Peran kelas 2,
4 orang : Rp. ……………………………….
Peran kelas 3,
3 orang : Rp. ……………………………….
Figuran : Rp.
……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….
13). Kostum
Pembelian : Rp.
……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
14). Tata Rias
Kosmetik : Rp.
……………………………….
Salon : Rp.
……………………………….
TOTAL : Rp.
……………………………….
15). Biaya tak
terduga : Rp. ……………………………….
16). Pajak :
Rp. ……………………………….
TOTAL ANGGARAN
: Rp. ……………………………….
c. Organisasi
Pelaksanaan Produksi
Agar produksi
berjalan lancar dan sukses produser perlu menunjuk pembantu-pembantunya untuk
menangani pekerjaan produksi program TV. Karena banyaknya jenis program yang
membutuhkan keahlian yang bermacammacam, maka seorang produser tidak mungkin
untuk menangani sendiri. Oleh karena itu perlu dibentuk organisasi produksi.
Suatu produksi program TV melibatkan banyak orang misalnya artis, crew, dan
fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, aparat setempat dimana shoting
dilakukan, dan pejabat terkait dengan perijinan. Organisasi pelaksanaan disusun
dengan rapi dengan memperhatikan kualifikasi kemampuan. Produser pelaksana
mengkoordinir bendahara dan juru bayar, sekretariat yang mengurus surat
menyurat dan perijinan. Organisasi lapangan diserahkan kepada seorang unit
manager yang mengkoordinasikan pekerjaan dari sisi organisasi dan artiskik.
Berarti manager unit menjadi penghubung antara unit organisasi dibawah
sekretariat dan unit artistik dibawah sutradara. Bidang yang langsung di bawah
koordinasi manager pelaksana unit adalah perijinan, transportasi, konsumsi,dan
akomodasi. Sedangkan lokasi, seting/dekorasi, properti, kostum dan make up dan
pelaksana lapangan berada dibawah koordinasi unit manager, tetapi
pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan artistik dibawh koordinasi seorang art
director atau art designer. Sutradara dalam bekerja dibantu oleh art director
dan kamerawan yang mengkoordinasikan pekerjaan yang ditangani oleh penata
cahaya dan penata sound. Sutradara
merupakan orang
yang bertanggung jawab penuh produksi dan bertanggungjawab kepada produser.
Agar organisasi dapat bekerja dengan baik dan untuk keperluan pengawasan perlu
adanya daftar kerabat kerja sebagai berikut.
1) Sutradara :
…………………………………………..
Asisten
sutradara : ……………………………………..
2) Kamerawan :
…………………………………..
Asisten
Kamerawan : …………………………………..
Pembawa kabel :
…………………………………..
Penata cahaya :
…………………………………..
Asisten penata
cahaya : ………………………………..
Pengatur lampu
: …………………………………..
3) Penata Suara
: …………………………………..
Asisten penata
suara : …………………………………..
Pengatur Mic :
…………………………………..
4) Penanggung
jawab teknik: ……………………………..
Asisten
penanggung jawab teknik: …………………….
5) Penata
artistik (Art Director) : …………………………
Asisten penata artistik
: ………………………………..
Pekerja penata
artistik : ……………………………….
6) Penata
Pakaian (Coctum Director) : …………………..
Asisten penata
pakaian : ………………………………
Pekerja penata
pakaian: ………………………………
7) Perancang
Kostum : …………………………………..
8) Penata rias
: …………………………………..
Asisten penata
rias : …………………………………..
Pekerja penata
rias : …………………………………..
9) VCR operator
: …………………………………..
10) Pencatat
shoting (scriptman) : ………………………..
11) Unit
Manager : ………………………………….
Asisten Unit
Manager : ………………………………….
12) Pembantu
produksi : ……………………………………
13) Pekerja
perlengkapan : …………………………………
beberapa orang
sesuai dengan kebutuhan
14) Sopir :
…………………………………..
15) Pelayanan
umum (menyiapkan konsumsi) : …………..
Struktur
organisasi pelaksanaan produksi program TV adalah sebagai berikut
d. Pentahapan
Pelaksanaan Produksi.
Sesuai SOP
(Standard Operation Procedure) Pelaksanaan produksi program TV diatur/
dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut
1) Pra
Produksi. Yang terdiri dari kegiatan ide, perencanaan dan persiapan
2) Pelaksanaan Produksi
3) Pasca
Produksi yang terdiri dari penyelesaian dan penayangan produksi.
1) Pra Produksi
(Perencanaan dan Persiapan).
Tahapan ini
terdiri tiga tahap yaitu Penemuan Ide, Perencanaan dan tahap persiapan. Tahap
Penemuan ide. Dimulai ketika produser menemukan gagasan lalu mengadakan riset
dan menulis naskah sendiri atau memberikan tugas kepada script writer untuk
mengembangkan gagasan menjadi naskah hasil riset. Tahap Perencanaan. Meliputi
penetapan jangka
waktu produksi
dengan merencanakan jadwal kerja, penyempurnaan naskah, pemilihan artis,
penetapan lokasi, dan crew. Di samping itu juga merencanakan anggaran biaya
produksi yang didalamnya termasuk estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana
alokasi penggunaan biaya. Tahap persiapan. Tahap ini meliputi kegiatan
mengkoordinasikan sumber-sumber produksi diantaranya mengidentifikasi booking
dan pemberesan semua kontrak, perijinan, dan surat menyurat. Memesan
sumber daya
dalam produksi, Latihan artis, pembuatan seting, ceking dan melengkapi
peralatan. Pada tahap persiapan ini juga harus merencanakan pengaturan
kebutuhan transportasi baik untuk pengangkutan bahan dan peralatan produksi
maupun pengangkutan crew, artis dan pimpinan produksi dari dan ke lokasi
shoting. Tahap ini dilaksanakan sesuai scedule yang telah ditetapkan.
2) Tahap
Produksi.
Tahap ini
dimulai setelah perencanaan dan persiapan sudah selesai. Diharapkan sesuai
dengan scedule yang telah ditetapkan. Sutradara bekerjasama dengan artis dan
crew membuat shoting scrip yaitu menterjemahkan naskah menjadi naskah produksi
sehingga menjadi susunan gambar-gambar yang mampu bercerita. Shoting script ini
akan dipakai panduan bagi semua kerabat kerja termasuk para artis dan khususnya
bagi kamerawan. Sutradara akan membuat daftar shot
(shot list)
dari setiap adegan (scene), karena sutradaralah yang menetapkan jenis shot yang
akan diambil. Tetapi kadang-kadang juga memberi kebebasan kamerawan untuk
berkreasi menentukannya. Satu kalimat dari naskah dapat diwujudkan menjadi
beberapa shot yang berurutan. Penata cahaya melakukan tugasnya agar gambar
tidak terlalu kontras atau juga sellouet, ada bayangan yang sangat mengganggu
gambar atau situasinya berubah karena pencahayaan yang tidak tepat
dan sebagainya.
Oleh karena itu banyaknya sinar/cahaya yang dibutuhkan kamera sangat
diperhitungkan jangan terlalu banyak dan jangan sampai kurang. Demikian pula
arah cahaya yang jangan sampai menentang kamera. Hal itu semua harus dipikirkan
oleh seorang penata cahaya. Penata sound/suara juga bertanggung jawab menempatkan
posisi mic sehingga suara artis jelas dan logis, volume sesuai dengan situasi
yang diharapkan naskah. Suara gangguan seperti angin dan suara
lingkungan yang
tidak diharapkan perlu dihindari/ dihilangkan. Dan yang penting jangan sampai
mic kelihatan oleh kamera (kecuali penyanyi pada konser misalnya). Oleh karena
itu mic dilengkapi dengan stand yang bisa diangkat dan diarahkan diluar
jangkauan kamera. Semua shot harus dicatat dan diberi kode waktu (time code)
sesuai nomer yang ada pada pita VCR untuk memberi petunjuk pada editor agar
bisa mencari setiap shot dengan cepat. Setelah shoting, hasil shoting harus
diperiksa
apakah ada kesalahan, bagaimana kualitas gambarnya, suaranya dan sebagainya.
Apabila terdapat kekliruan atau kualitas gambarnya kurang baik maka shot
tersebut harus diulangi. Sudah biasa dalam produksi satu adegan diulang-ulang
untuk mendapatkan hasil gambar yang terbaik. Setelah semua shot dilaksanakan
dan tidak ada kesalahan, maka master shotnya atau juga disebut original
material/ row foot age dibuat catatannya (logging) untuk kemudian diserahkan
kepada editor.
3) Tahap pasca
produksi.
Tahapan ini ada
tiga langkah yaitu editing off line, editing on line dan mixing. Proses editing
ada dua macam sesuai peralatannya yaitu editing analog dan digital atau
nonlinier dengan perangkat komputer editing. Editing off line analog/linier. Di
dalam loggimg semua hasil shoting telah diberi tanda (time code) yaitu nomor
kode berupa digit frame, detik, menit dan jam dimunculkan dalam gambar. Hasil
pengambilan setiap shot telah dicatat oleh scriptman/girl. Berdasarkan catatan
tersebut, Sutradara akan melakukan editing off line yaitu aditing kasar dengan
copy video VHS sesuai dengan gagasan dalam synopsis dan treatmen. Materi
shoting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Setelah selesai
lalu
hasilnya
dilihat secara cermat dalam screening. Apabila masih belum memuaskan perlu
ditambah atau diedit lagi
sampai hasilnya
memuaskan. Setelah editing off line selesai lalu membuat editing script atau
naskah editing yang didalamnya sudah dilengkapi dengan narasi, ilustrasi musik.
Format naskah editing sama dengan format naskah scenario,
tetapi sudah
dilengkapi dengan logging untuk mempermudah editor melakukan editing.
Selanjutnya hasil shoting asli dan naskah editing diserahkan kepada editor
untuk dilakukan editing on line menggunakan pita betacam yaitu yang memiliki
kualitas standard broadcast. Pita VHS hasil editing off line digunakan editor
sebagai panduan editing on line. Editing on line analog. Berdasarkan naskah
editing editor melakukan editing hasil shoting asli. Sambungansambungan setiap
shot dan setiap adegan (scene) dibuat persis/tepat berdasarkan time kode dalam
naskah editing. Sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna
sehingga tidak saling interferensi/menggangu agar enak didengar. Dengan
demikian editing on line sudah selesai dan hasilnya masuk pada proses mixing.
Mixing Adalah pencampuran antara gambar dan
suara. Narasi
yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam lalu dimasukkan
kedalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk yang ada dalam naskah
editing. Keseimbangan antara suara asli, narasai, ilustrasi musik dan sound
efek sangat diperhatikan agar serasi dan harmonis dan terdengar dengan jelas.
Misalnya pada waktu diperlukan suara
narasi, maka
suara lainnya menjadi backsound maka volumenya harus dikurangi. Demikian pula
bila yang diperlukan suara asli maka yang lain volumenya dikurangi. Suara
backsound adalah 1/3 dari suara normal. Setelah proses mixing selesai maka
proses produksi sudah selesai dan tinggal mengadakan preview bila mungkin ada
saran-saran perbaikan. Selanjutnya
program siap
ditayangkan/disiarkan ke public. Editing off line digital (non linier). Pada
prinsipnya editing off line digital prosesnya sama dengan analog, hanya untuk
editing digital menggunakan bantuan peralatan computer editing yang memiliki
fasilitas
editing seperti pinecle studio, matrox, canupus dengan program aplikasi juga
bermacam-macam seperti adobe premier, ulied, three Dmax, After effect dan
sebagainya. Juga program animasi grafis yang bermacam-macam pula. Semua itu
akan memudahkan pekerjaan seorang editor dan biasanya editor akan menggunakan
berbagai program sesuai dengan menyambung antara shot yang satu dengan yang
lain, bila tidak cermat maka akan kelihatan jumping. Tetapi dalam proses
digital pada setiap sambungan tinggal menambahi program transisi yang sudah
teredia secara instant tinggal pilih jenisnya. Seperti ini tidak bisa
dikerjakan pada proses analog. Tahap pertama yang dilakukan adalah
capturing/digitalisasi hasil shoting yang masih analog dicapture melalui
capture card diubah menjadi file data digital lalu bisa disimpan dalam harddisk
dan setiap saat bisa dipanggil kembali bila diperlukan. Tahap kedua adalah
editing off line yaitu menyusun hasil shot sesuai
dengan
keinginan / gagasan sutradara sesuai synopsis dan treatment. Urutan penyusunan
tidak harus seperti editing analog, karena computer bisa mulai dari mana saja,
dari tengah, akhir maupun dari awal.File yang cukup besar bisa dipecah-pecah
menjadi beberapa file, sehingga bisa lebih konsentrasi. Setelah diurutkan
menjadi satu lalu di tambah efek transisi pada setiap sambungan selanjutkan di
“render” untuk fixing file. Setelah itu file dapat dilihat secara utuh dan
dapat dilakukan screening untuk cek ulang bila mungkin ada kekurangan/kesalahan
bisa disempurnakan. Setelah semua memuaskan maka editing off line selesai dan
siap dilakukan editing on line. Editing on line digital (non linier). Tahap ini
merupakan
kelanjutan editing off line yang dilakukan editor dengan program computer.
Yaitu menyempurnakan hasil editing off line, memasukan dan menata suara asli,
ilustrasi musik, sound efek kedalam file gambar pada trak yang berbeda-beda
sehingga gambar yang sudah ditata tidak akan terganggu. Berarti sekaligus masuk
tahap mixing. Setelah hasilnya sempurna dan memuaskan selanjutnya dilakukan
pengubahan format yang sesuai dengan player yang akan digunakan (VCD, DVD,
Video dan sebagainya). Selanjutnya program ditransfer ke format pita betacam SP
atau pita standard broadcast lainnya untuk ditayangkan melalui penyiaran TV.
Berarti proses editing selesai, mungkin bisa dilanjutkan untuk pembuatan cover,
pembakaran ke CD bila dikehendaki. Perlu diketahui pula dalam produksi program
TV, bahwa durasi harus disesuaikan dengan format waktu atau frame/slot yang
sudah ditetapkan. Yaitu 30 menit atau 60 menit sudah termasuk iklan
komersial/layanan masyarakat. Untuk slot 30 menit durasi efektif adalah 24
menit. Untuk slot 60 menit durasi efektif 48 menit dan
sisanya
disediakan untuk iklan (comersial break). Hal ini penting supaya tidak ada
pemotongan program sewaktu diadakan penyiaran program.
2. Penulisan
Naskah Program TV
Dengan makin
banyaknya stasiun televisi di Indonesia, menumbuhkan pula industri dibidang
produksi pertelevisian atau yg dikenal dengan rumah produksi (production house
=PH). Produksi program video dan juga program TV dapat dikerjakan
dari yang
sederhana sampai dengan menggunakan peralatan dan tehnik canggih. Sebuah
produksi video/TV memerlukan
pengelolaan
yang rumit meliputi: pra produksi; konsep, ide/gagasan, survey, naskah/story
board, anggaran; produksi;
peralatan, kru,
pengambilan gambar; pos produksi; editing dan penggadaan, namun demikian tiga
pilar utama yang utama,
yaitu :
penulisan naskah produksi, Penggunaan kamera, dan editing, untuk dapat
mewujudkan sebuah produksi.
Penulisan
Naskah untuk film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah scenario
(scenario). Skenario merupakan
bentuk tertulis
dari gagasan atau ide yang menyangkut penggabungan antara gambar dan suara,
dimaksudkan sebagai
pedoman dalam
pembuatan film, sinetron atau program televisi. Beberapa pakar sinematografi
mengemukakan bahwa
scenario itu
menjadi jiwa dan darah dalam produksi film atau cerita televisi. Urutan langkah
atau pentahapan dalam penyusunan naskah scenario video
a. Persiapan
Menulis naskah/ Teks / Narasi
Yang harus
dipersiapkan dalam menulis naskah, teks maupun narasi pada program TV adalah
menemukan ide atau gagasan. Setelah ide ditemukan, seorang penulis naskah
sangat perlu mempelajari substansi atau isi dari sumber-sumber yang terkait
dengan substansinya, sehingga benar-benar memahami apa yang akan ditulis.
Selanjutnya akan ditulis dalam bentuk apa, menjadi format program TV yang mana.
Setelah ditetapkan format program yang dipilih maka baru berpikir bagaimana
menulisnya. Untuk penulisan teks dapat diawali dengan penulisan kerangka
tulisan (outline). Sedangkan untuk penulisan narasi dapat dilakukan menulis rencana
gambaran visual yang akan diberi narasinya. Dalam hal ini narasi akan lebih
memberikan penjelasan gambaran visual yang ditayangkan pada TV. Narasi bisa
berbentuk life dari pemeran ataupun dubing
oleh pengisi
suara. Dapat juga disuarakan oleh narator maupun presenter. Sebelum menulis
naskah untuk panduan produksi ditulis, biasanya didahului dengan membuat
synopsis, dan Treatment
1) Sinopsis
Gambaran secara
ringkas dan tepat tentang tema atau
pokok materi
yang akan dikerjakan. Tujuan utama ialah memudahkan pemesan (produsen)
menangkap konsep, kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai. Setelah
synopsis ditulis maka sudah harus nampak adanya: alur, isi cerita, Perwatakan
pemain (bila ada), tempat, waktu, serta keterangan lain yang memperjelas synopsis.
2) Treatment
Uraian ringkas
secara deskriptif, bukan tematis, yang dikembangkan dari synopsis dengan bahasa
visual tentang suatu episode cerita, atau ringkasan dari rangkaian suatu
peristiwa. Artinya dalam membuat treatment bahasa yang digunakan adalah bahasa
visual. Sehingga apa yang dibaca dapat memberikan gambaran mengenai apa yang
akan dilihat. Dengan membaca treatment bentuk program yang akan dibuat sudah
dapat dibayangkan. Sehingga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a) urutan dalam
video sudah makin jelas,
b) Sudah
kelihatan formatnya apakah dialog (bagaiamana pokok dialognya), narasi
(bagaimana pokok narasinya),
c) Sudah
dimulai adanya petunjuk-petunjuk tehnis yang diperlukan.
3) Skenario
Dari treatment
kemudian dibuat naskah produksi atau scenario. Penulisan naskah produksi atau
scenario harus operasional karena digunakan sebagai panduan tidak saja kerabat
kerja (crew) tetapi juga pemain dan pendukung lain yang terlibat. Penulisan
naskah atau scenario pada dasarnya menggambarkan sekaligus menyuarakan apa yang
ingin disampaikan. Urutan synopsis-tritmen-skenario merupakan rangkaian yang
baik untuk membuat naskah video (televisi), Baker (1981) mengemukakan juga
pentahapan dalam membuat naskah, yaitu : concept, story board, dan script.
Setidaknya ada dua format naskah untuk penulisan naskah TV/video, yaitu double
colum, dan wide margin
a) Format kolom
ganda (double colum).
Format ini
lazim digunakan untuk menulis naskah informasi, dokumentasi, pendidikan. Format
kolom ganda, lembar kertas dibagi menjadi dua kolom utama, yaitu kolom visual
(kiri) dan kolom audio (kanan). Pada kolom kiri berisi uraian yang menyangkut
visual. Misal gambar harus dimabil dengan CU, kemudian zoom out, atau
keterangan lain bagi kru kamera, termasuk siapa subyeknya, diambil dari mana,
beberapa waktu lamanya pengambilan, dll. Kolom kanan berisi segala sesuatu yang
menyangkut audio yang berupa narasi, dialog para pelaku atau efek-efek suara
lain yang diperlukan. Untuk memudahkan narator atau juru suara (sound man) maka
dalam menulis kolom kanan, semua informasi yang tidak akan dibaca (disuarakan)
ditulis dengan huruf capital. Sedang narasi atau dialog yang akan dibaca atau
disuarakan ditulis dengan huruf kecil.
b) Format Wide
Margin
Format ini
lebih lazim dipakai dalam cerita film atau sinetron. Sinetron Aku cinta
Indonesia (ACI) naskahnya distulis dalam format Wide Margin. Dengan format wide
margin tiap adegan ( kumpulan dari beberapa shot-scene) diuraikan atau
dijelaskan
dengan bahasa visual. Petunjuk dialog diketik dua spasi ditengah, sedang apa
yang akan nampak (visual) dijelaskan dalam bentuk paragraf . Dialog biasanya
diketik biasa, semua penjelasan untuk camerawan pengambilan gambar, ditulis
dalam huruf capital. Penjelasan untuk tingkah laku pemain ditulis dalam tanda
kurung dengan huruf capital pula.
Urutan
penulisannya sebagai berikut
(1) Pertama
kali ditulis : adegan (scene) ke….
(2) Gambar
diambil dengan tehnik apa, misalnya : F.1, DISSOLVE, IN FRAME.
(3) Gambaran
visual yang akan nampak
(4) Dialog
Contoh Format
wide margin sebagai berikut.
ADEGAN 1
FADE IN (F.1)
EXRTERNAL
KAMPUS – PAGI
(kemudian
dijelaskan bagaimana pengambilan dari arah mana, apa saja yang nampak, tetapi
jangan terlalu banyak memberi
aba-aba kepada
juru kamera karena nanti ada sutradara/pengarah acara)
KRISNA (JALAN
TERGESA-GESA MENUJU GERBANG KAMPUS)
SANTI(BERDIRI
MENUNGGU KRISNA)“hai krisna, ada apa sih kok buru-buru amat”
Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini ditulis kembali satu adegan
dari serial ACI (di TVRI) dengan judul : “Panggilan Hatinya” yang ditulis oleh
Djasman Djakmin.
ADEGAN 10
INTR.SMA NEGERI
(R,KLAS IIa2.2)-PAGI
BU WIDYA DUDUK
DIKURSI GURU MENGHADAPI SISWA-SISWANYA. DIA BARU SAJA SELESAI MENGABSEN
NAMA-NAMA SISWA.
BU WIDYA: Jadi
hanya asti yang belum masuk hari ini
Hani: Iya, Bu,
BU WIDYA
SETELAH MENULIS KEMUDIAN MEMANDANG HANI
BU WIDYA:
Kenapa dia, apakah sakit ?
RINA :
(MENDAHULUI) anu bu, katanya mau pindah sekolah, katanya biar dapat masuk kelas
A1
HANI MENOLEH
KEARAH RINA SAMBIL MENDENGUS KESAL.RINA JADI SERBA SALAH BU WIDYA MEMPERHATIKAN
MEREKA DENGAN PENGERTIAN. PADA SAAT YANG SAMA KELAS JADI GADUH DENGAN BERBAGAI
KOMENTAR ATAS UCAPAN RINA
DIANTARANYA
BISMAR YANG PALING VOKAL.
BISMAR: Ah,
memang payah Bu, kemungkinannya kecil kali
BU
WIDYA:PANDANG MENCARI-CARI, siapa yang bicara itu, kamu ya bismar
FERDI: Betul bu
BU WIDYA: Coba
bismar kamu ke depan.
BISMAR MAJU KE
DEPAN SAMBIL MEMUKULKAN BUKU KEPUNDAK FERDI, TETAPI FERDI MENGELAK. DAN BISMAR
TERUS MAJU KE DEPAN SAMBIL DIIRINGI TAWA RIUH TEMANNYA………..dan seterusnya.
Dengan format
seperti ini maka pengarah acara (sutradara) dan camerawan diberi kebebasan
untuk berimprovisasi dalam pengambilan gambarnya, sesuai dengan keadaan yang
diinginkan.
b. Menilai
Naskah/Teks/Narasi
Setelah naskah/teks/narasi
ditulis, maka perlu ada evaluasi atau penilaian dari produser, sebelum naskah
tersebut diproduksi menjadi program TV. Penilaian teks akan menggunakan
kriteria apakah telah menggunakan kaidah penulisan dan penggunaan bahasa yang
benar serta keterbacaannya.. Sedangkan untuk penilaian narasi akan lebih
menggunakan bahasa sehari-hari (tutur)sesuai karakter tokoh. Apakah sudah
komunikatip, shg mampu menjelaskan atau dipahami penonton.
Demikian pula
untuk menilai naskah/script yang akan diproduksi disamping dengan kriteria
penulisan naskah harus ditaati juga akan dinilai kelayakan produksinya, apakah
setelah diproduksi akan memiliki tingkat manfaat yang tinggi, memiliki daya
tarik, apakah dapat diproduksi secara teknik, biaya produksi mahal atau tidak
dan sebagainya.
c. Mengedit
Naskah/Teks/Narasi
Setelah
naskah/teks/narasi dinilai penulis naskah akan melakukan editing, mengedit
sesuai saran, masukan dari produser. Untuk editing naskah program TV akan
dilakukan sekaligus dalam bentuk naskah produksi yang di dalamnya telah
terdapat petunjuk/perintah bagi kamerawan tentang teknik shoting dan obyek
shoting. Petunjuk/perintah bagi narator/presenter dalam membacakan narasi,
durasi setiap scene dan sebagainya. Naskah ini selanjutnya digunakan sebagai panduan
produksi.
3. Produksi
Program TV
a. Program Seni
Budaya dan Hiburan Pop
Tata laksana
produksi Program Seni dan budaya serta program hiburan adalah sebagai berikut:
Tahap
perencanaan. Produser atau sutradara melakukan riset untuk membuat program seni
budaya menjadi program TV. Dalam hal ini produser harus tahu betul tentang
materi produksi. Setelah mengetahui banyak hal berdasarkan hasil riset produser
membuat konsep
perencanaan
produksi yang jelas bagi sutradara, dan crew yang akan melaksanakan produksi.
Akonsep perencanaan berupa naskah. Naskah dalam produksi ini berbentuk floor
plan atau rundown sheet karena sistem produksi yang
digunakan
adalah sistem adlib (adlibium). Sebelum pelaksanaan produksi perlu ada
peninjauan latihan agar kamerawan dan crew memiliki pemahaman yang sama
terhadap semua jalannya sajian. Program semacam ini biasanya direkam atau
ditayangkan secara langsung dengan multikamera. Latihan juga berguna untuk
seting lampu dan kamera serta perencanaan panggung (floor plan). Untuk mengantisipasi
kekacauan yang mungkin terjadi karena ada perubahan acara mendadak, maka
biasanya
memasang sebuah kamera yang diset total shot yang dapat melihat seluruh
kegiatan panggung untuk mengisi transisi kekosongan gambar karena misinformasi.
Pada produksi jenis klip, dibutuhkan naskah treatment yang berisi teks lagu dan
petunjuk tempat lokasi shoting yang akan menjadi latar belakang kegiatan artis.
Demikian juga bloking artis dan kostumnya perlu ditulis pada treatment. Pada
produksi klipini menggunakan sistem playback, yaitu artis rekaman suara dulu di
studio dan rekaman gambarnya dilakukan action mengikuti/sesuai dengan suara
hasil rekaman yang diputar kembali (play
back). Pada
produksi program bentuk Life show dibutuhkan treatment yang jelas tentang seluruh
sajian yang harus
disiapkan.
Untuk sajian yang tidak disiarkan langsung. Kegiatannya terfokus pada
pengambilan gambar sebaikbaiknya.
Setelah itu
dilakukan editing untuk menghilangkan kesalahan dan penyempurnaan suara
sehingga menjadi
program yang baik.
Pada tahap pelaksanaan produksi dilakukan seturut dengan treatment. Pada
produksi Life show di studio atau melalui OB-van (outside broadcasting van)
produksinya sesuai dengan rundown sheet yang telah disiapkan. Proses
produksinya seperti produksi acara biasa. Pada pengambilan gambar/shoting untuk
program musik dan tari dilakukan dengan sistem playback untuk menghindari
gangguan suara dari luar yang tidak dikehendaki. Dengan sistem ini kesalahan
penyanyi seperti suara fals, nada turun, salah ucap bisa dihindari. Sebagai
pasca produksi program yang tidak ditayangkan
secara langsung
adalah editing off line dan on line untuk memberi title dan caption judul lagu,
nama penyanyi. Dalam editing dapat dilakukan insert/memberi sisipan atau
membuang gambar yang jelek, memberi ilustrasi dari stock
shot atau foot
age. Setelah selesai direview dan ditayangkan.
b. Program talk
show
Tata laksana
produksi progranm talk show adalah sebagai berikut:
Produser
melakukan riset untuk menetapkan topik/ permasalahan yang akan di diskusikan,
menetapkan tokoh yang akan diundang untuk program talkshow, menetapkan
presenter yang akan memandu jalannya diskusi. Presenter menyusun permasalahan
yang akan dibicarakan berdasarkan studi pustaka dari buku, surat khabar, dan
riset masyarakat. Menyusun pertanyaan bila formatnya diskusi panel. Pertanyaan
disusun seperti tangga dramatik mulai dari yang sederhana sampai yang rumit dan
menegangkan. Dipersiapkan pula pertanyaan-pertanyaan surprise untuk
menghidupkan suasana dan membuat acara menjadi dinamis dan menarik. Produksi
program talkshow ini menggunakan sistem adlib sehingga tidak tergantung naskah.
Pada acara yang tidak disiarkan secara langsung, program diedit dan dicarikan
ilustrasi dari stockshot dan diinsertkan pada program utama. Hal ini dilakukan
untuk memberikan variasi gambar sehingga tidak membosankan. Setelah selesai
lalu dilakukan preview dan siap ditayangkan.
c. Program
Dokumenter
Tatalaksana
produksi program dokumenter adalah sebagai berikut:
1) Penentuan
tema dukumenter
2) Riset untuk
memperdalam materi, menghubungi personal terkait
3) Menetapkan
thesis, menuliskan sinopsis/kerangka pikiran
4) Menyusun
treatment yang jelas dan rinci setiap scenenya sebagai panduan shoting dan
persiapan kerja
5)
Shoting/pengambilan gambar sesuai dengan treatment
6) Seleksi
hasil shoting, logging dan melakukan editing off line
7) Membuat
editing script berdasarkan hasil editing off line
8) Melakukan
editing on line berdasarkan naskah editing
9) Melakukan
mixing untuk memasukkan narasi, ilustrasi musik, sound efek dicampur pada
tempat yang sesuai dengan naskah editing
10) Preview dan
penayangan program.
d. Program Spot
Menciptakan
program Spot dimulai dengan menulis out line atau treatment dari materi dan
tokoh yang telah dipilih. Adegan/scene dibuat sangat cepat dan dinamis,
trik-trik efek special yang digunakan untuk memanipulasi gambar dan menambah
daya tarik semua ditulis dalam treatment. Berdasarkan treatment, dilaksanakan
shoting adeganadegan, rekaman musik jingle dan narasi. Setelah itu hasil
gambarnya dipilih dalam editing off line. Meskipun durasinya sangat pendek
tetapi materi gambar yang diambil cukup banyak, oleh karena itu harus ada
seleksi yang cermat. Berdasarkan editing off line ditulis naskah editing
sebagai panduan editing on line untuk memasukkan trik-trik images dan teks
kedalam gambar. Dalam program spot manipulas gambar image visual merupakan seni
tersendiri dengan menggunakan program grafis animasi computer. Selanjutnya
hasil editing on line dimixing dengan musik dan narasi seturut naskah
editingnya. Selanjutnya masuk
tahap preview
dan penayangan program spot.
e. Program
Doku-Drama
Program ini
merupakan perpaduan antara documenter dan drama, jadi ada unsure kejadian
factual/nyata tapi juga mengandung unsure manipulasinya. Dalam produksi program
ini seperti layaknya produksi program yang lain yaitu dengan tahapan
pengembangan gagasan, synopsis, treatment, scenario/naskah, shoting, logging,
editing off line, naskah editing, editing on line dan mixing dan diakhiri
kegiatan preview dan penayangan program.
f. Program
Sinetron
Sinetron adalah
sinema elektronik, sehingga produksinyapun seperti layaknya produksi sinema
film. Perbedaannya terletak pada peralatan/hardware yang digunakan. Kalau film
menggunakan alat optic tetapi sinetron menggunakan optic elektronik. Program
ini biasanya didukung oleh artis pemeran dan kerabat kerja yang cukup banyak,
karena biasanya merupakan suatu cerita yang cukup panjang bahkan tidak jarang
dibuat bersambung. Oleh karena itu dalam produksinya juga memerlukan waktu dan
biaya yang besar serta persiapan yang cukup lama. Sehingga para artispun juga
harus diikat kontrak supaya tetap siap bila diperlukan untuk shoting. Sebagai
persiapan produksi mesti harus ada latihan, karena semua berdasarkan naskah
yang harus dihafal meskipun diperbolehkan ada improfisasi dari pemeran.
Sinopsis, treatment serta scenario harus ada untuk diterjemahkan/
dioperasionalkan menjadi naskah produksi yang informatif sebagai panduan semua
yang terlibat dalam produksi. Pelaksanaan produksi dipimpin oleh sutradara.
Karena pelaksana/kerabat kerja cukup banyak perlu
management yang
baik agar terjadi kerjasama yang baik untuk mewujudkan program ini. Proses
produksinya juga sama dengan program yang lain yaitu mulai dari gagasan,
sinopsis, treatment, scenario/naskah, shoting, logging, editing off line,
naskah editing, editing on line dan mixing dan diakhiri kegiatan preview dan
penayangan program.
4.
Pengoperasian Kamera TV
Sebelum
mengetahui pengoperasian kamera TV/Video seorang kamerawan sebaiknya memahami
terlebih dahulu pengetahuan tentang Fotografi, karena pengetahuan fotografi
sangat terkait dengan pengetahuan kamera video; Sehingga
seorang
fotografer akan lebih mudah dan cepat belajar menjadi seorang kamerawan TV.
Oleh karena itu sebelum menjelaskan kamera video terlebih dulu akan mengenalkan
materi Fotografi.
a. Mengenal
Fotografi
Fotografi
artinya melukis dengan sinar. Fotografi adalah seni, seperti seni yang lain
fotografi adalah komunikasi. Sangat jarang orang membuat foto hanya untuk
dilihat dan dinikmati sendiri. Hampir semua orang membuat foto dengan maksud
agar orang lain melihat apa yang dilihat melalui kamera Dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak lepas dari fotografi. Hampir setiap saat kita melihat
foto. Foto selalu ada dikoran, majalah, ilustrasi, buku, iklan dipinggir jalan,
hiasan dinding, kalender dan lain sebagainya. Dewasa ini banyak sekali orang
yang memiliki kamera, dengan kemajuan tehnologi yang sangat pesan dalam
pembuatan alat foto, memotret menjadi suatu pekerjaan yang sangat mudah.
Sekarang ini untuk membuat foto
pemotretan
tinggal menekan satu tombol pada kamera, kemudian kamera dengan computer yang
ada didalamnya akan mengatur segala sesuatu secara otomatis, begitu mudahnya
memotret sehingga anak kecilpun mampu melakukannya. Namun diantara banyak orang
yang “bisa” memotret yang benar-benar pantas disebut pemotret sebetulnya hanya
sedikit saja. Pemotretan yang baik bukan sekedar operator kamera saja tetapi
juga seniman yang mampu mengekspresikan ide-idenya melalui hasil karya foto.
Bagaimanapun canggihnya alat foto yang dipakai, tanpa dibekalim dengan
pengetahuan tentang fotografi mustahil orang bisa membuat foto yang baik. Suatu
foto yang bernilai dihasilkan oleh kreatifitas pemotretan yang ditunjang dengan
kemampuannya mempergunakan alat foto. Maka kalau kita ingin menjadi pemotretan
yang baik, tidak bisa ditawar lagi, salah satu syarat utamanya adalah
memperdalam pengetahuan dan ketrampilan kita mempergunakan alat foto.
1) Kamera Foto
Sekarang ini
banyak sekali kita jumpai berbagai macam jenis dan model alat foto atau kamera.
Dari yang sangat sederhana sampai yang sangat canggih, dari yang harganya
puluhan ribu sampai puluhan juta rupiah. Diantara berbagai jenis kamera
tersebut yang paling popular dan sangat umum dipakai adalah kamera yang memakai
film 135. keuntungan memakai jenis ini adalah bentuknya yang ringkas sehingga
mudah dibawa dan dioperasikan, dan yang lebih penting lagi filmnya mudah
didapat. Dari berbagai model dan merk kamera bisa dikelompokkan menjadi 2 jenis
yaitu :
a) Kamera
Rangefinder
Kamera jenis
ini biasanya bentuknya sangat ringkas, malahan sekarang lebih banyak yang serba
otomatis termasuk lampu kilat yang sudah ada dibadan kamera yang akan menyala
sendiri kalau diperlukan. Karena mudah, praktis dan harganya
lebih murah,
kamera jenis ini paling banyak digunakan orang. Ciri-ciri dan sekaligus
kelemahan dari kamera jenis ini adalah adanya jendela pengamat
(viewfinder-window) yang ada diatas lensa kamera. Di sini pemotret melihat
subject
pemotretan
melalui jendela pengamat yang ada diatas lensa. Sedang film “melihat” subjek
yang ada dibawah jendela pengamat, sehingga ada perbedaan antara pandangan
pemotret dan film yang merekam
gambar.
Perbedaan tersebut dinamakan paralax.
b) Kamera SLR
(Single lens Reflex Camera)
Perbedaan
pandangan atau paralax tersebut tidak ada pada kamera SLR karena apa yang
dilihat pemotret melalui pengamat (view-finder) adalah refleksi bayangan subjek
yang melewati suatu lensa yang sama juga akan mengenai film. Jadi apa yang dilihat
pemotret melalui view finder sama seperti apa yang dilihat film. Dengan
demikian pemotret bisa lebih mudah mengatur baik ketajaman (focus) maupun
komposisi gambar Keunggulan lain dari kamera SLR adalah lensanya yang bisa
diganti-ganti sesuai dengan keinginan pemotret. Misalnya diganti dengan lensa
tele, sudut lebar, dll.
2) Film
Untuk
“menangkap” sinar pantulan dari subjek yang kita foto kita memerlukan film.
Bahan dasar film adalah lembaran plastic transparan dimana pada salah satu
isinya dilapisi bahan-bahan kimia yang peka sinar, lapisan tersebut disebut
Emulsi. Pada film negative bagian emulsi yang kena sinar akan tetap melekat
padqa plastic setelah film tersebut dicuci, sedang bagian yang tidak kena sinar
emulsinya akan rontok semua sehingga plastic menjadi bening kembali. Kepekaan
(kecepatan bereaksi sebuah film terhadap sinar tergantung dari ISOnya (dahulu
ASA). ISO (international Standart Organization) adalah satuan yang menunjukkan
kecepatan film bereaksi dengan sinar. Ditoko toko bisa kita dapatkan
bermacam-macam film dengan berbagai ISO, dari ISO 25 s.d ISO 3200. angka ISO
selalu tertera pada kantong dan selongsong setiap film yang kita beli. Makin
tinggi angka ISOnya menunjukkan makin peka (cepat beraksi) terhadap sinar dan
makin rendah angka ISOnya menunjukkan makin kurang peka (lambat bereaksi)
terhadap sinar. Untuk membuat gambar pada film tugas pemotret
adalah mengatur
agar sinar yang masuk melalui lensa kamera dan mengenai film cukup (tidak
kurang, tidak lebih) sesuai dengan kepekaan film yang dipakai. Untuk itu
pemotret harus mengatur alat-alat pengatur yang ada pada kamera.
3) Lensa
Dengan memakai
kamera SLR kikta mempunyaim kemungkinan untuk mengganti berbagai macam jenis
lensa. Dengan demikian kita lebih bisa berkreasi untuk menghasilkan efek
tertentu pada subjek yang kita foto. Jenis lensa dapat diketahui dari panjang
fokalnya. Panjang fokal dari suatu lensa biasanya tertulis dibagian depan.
Misalnya : 50 mm. secara sederhana bisa dikatakan bahwa sepanjang fokal adalah
jarak antara lensa dan bidang film pada saat lensa tersebut fokusnya pada titik
tak terhingga. Biasanya kamera yang kita beli dari took sudah dilengkapi dengan
lensa 50mm, lensa
tersebut adalah
lensa standar atau normal. Lensa standar artinya lensa yang mempunyai sudut
pandang yang hamper sama dengan pandangan manusia. Sedang lensa yang mempunyai
panjang fokal kurang dari 50mm, misal 35 mm, 28 mm, 20mm dsb disebut lensa
sudut lebar (wide angle), lensa tersebut mempunyai sudut pandang lebih lebar
dari pandangan manusia. Makin pendek fokalnya, makin lebar sudut pandangnya.
Selain lensa-lensa dengan panjang fokal yang tetap (fixed focal length) seperti
tersebut diatas masih ada lagi lensa yang yang disebut zoom. Lensa zoom adalah
lensa yang panjang fokal bisa diubah-ubah, misalnya 28mm – 135mm.
4) Diaphragma.
Pada lensa ada
gelang berftuliskan angka-angka: 2; 28; 4;5.6 ;8 ;11 ;16 dsb. Gelang ini
berhubungan dengan suatu alat berupa lempengan-lempengan baja tipis di dalam
lensa yang membentuk satu lubang. Lubang inilah yang dinamakan diaphragma,
sedang angka-angka yang tertera pada gelang diaphragma adalah skala
diaphragma.ar kecilnya angka-angka skal diaphragma berbanding terbalik dengan
besar kecilnya lubang diaphragma, demikian pula sebaliknya semakin kecil
angka skala
diaphragma menunjukkan semakin besar lubang diapragma. Dengan mengatur besar
kecilnya lubang diaphragma
berarti kita
mengatur banyak sedikitnya sinar yang masuk lewat lensa. Seandainya kita
memotret sesuatu, sedang subjek
kita tersebut
cukup gelap, maka kita harus membuka lebar diaphragma agar sinar yang masuk
cukup untuk menyinari film yang ada dalam kamera. Sebaliknya kalau subjek kita
terlalu terang, misalnya subjek dipotret disiang hari dengan sinar matahari
yang langsung mengenainya, kita haru menutup lubang diaphragma agar film ttidak
terlalu banyak kena sinar.
5) Kecepatan
Rana (Shutter Speed)
Didalam kamera
di depan bidang film ada sebuah layer atau rana yang bisa membuka-menutup
dengan selang waktu tertentu. Lamanya selang waktu antara rana
tertutup-terbuka-tertutup lagi bisa diatur melalui sebuah tombol yang ditandai
dengan angka-angka 1 2 8 15 30 v 60 125 250 dsb. Angka tersebut berarti 1/…….
detik. Jadi misalnya
kita pasang
tombol kecepatan rana pada angka 125, maka kalau kita menekan tombol pelepas
rana akan membuka selama 1/125 detik kemudian menutup lagi. Dengan mengatur
kecepatan rana kita bisa mengatur banyak sedikitnya sinar yang mengenai film.
Kalau subjek pemotretan gelap, kita harus membuka rana lambat, misalnya ½ detik
bila obyek pemotretan terang kita membuka rana cepat, misalnya 1/250 detik
6) Komposisi
Tidak dapat
disangkal bahwa fotografi adalah seni. Seperti seni yang lain fotografi adalah
komunikasi. Sangat sedikit orang yang membuat foto hanya untuk dilihat dan
dinikmati sendiri. Hampir semua orang membuat foto dengan maksud supaya orang
lain melihat apa yang dilihatnya melalui kamera. Diantara banyak foto yang
dibuat orang, yang bisa dikategorikan sebagai hasil karya seni hanya sedikit
saja. Ketrampilan dalam menguasai alat foto dan sinar yang merupakan bahan
dasar terciptanya sebuah foto, hanyalah merupakan salah satu syarat untuk bisa
menghasilkan suatu foto yang bernilai seni. Setelah itu dituntut untuk
menguasai cara bagaimana merancang komposisi gambar agar tampak lebih menarik
perhatian.
Hal inilah yang
sering dilupakan banyak orang. Mungkin ini disebabkan karena sebuah foto dapat
dibuat dalam waktu yang singkat. Foto yang menarik adalah foto yang bisa
memberi kesan yang dalam. Foto yang mampu membawa emosi penonton. Emosi tentang
keindahan, kegembiraan, kesedihan, kekejaman dan sebagainya. Karena foto
hanyalah gambar dua dimensi sedang manusia melihat kenyataan yang ada dalam
pandangan tiga dimensi, maka perasaan-perasaan tersebut diatas sulit
didapatkan. Oleh karena itu pemotret harus membuat kesan gambar yang bisa
menimbulkan ilusi
pada penonton
bahwa apa yang dilihatnya dalam gambar adalah tiga dimensi. Untuk itu pemotret
bisa mengatur susunan bagian-bagian yang ada dalam gambar dan inilah yang bisa
disebut komposisi. Dengan demikian jelaslah bahwa komposisi merupakan bagian
yang penting dalam pembuatan foto.
7) Pandangan
Kamera
Perbedaan yang
paling dasar antara seorang pemotret yang baik dan seorang pemotret yang asal
jepret adalah caranya memandang suatu objek. Seorang pemotret asal jepret akan
memandang suatu objek apa adanya, seperti pandangan manusia biasa. Seorang
pemotret yang baik, memandang suatu objek dengan pikiran pandangan kamera.
Pandangan kamera adalah dua dimensi karena melihat dengan satu lensa. Manusia
biasa melihat dengan dua lensa mata sehingga
pandangannya
tiga dimensi. Karena dia bisa melihat dengan pikiran pandangan kamera yang dua
dimensi itu, maka pemotret yang baik akan berusaha membuat kesan tiga dimensi
agar sesuai dengan pandangan manusia. Perbedaan lainnya adalah bahwa manusia
melihat dengan pikiran yang dipengaruhi oleh emosi, sedang kamera hanya
obyektif saja.
Contoh: kalau
berbicara dengan seorang teman dengan jarak sangat dekat, tidak melihat satupun
keanehan pada wajah teman tersebut. Tetapi kalau memotret dengan jarak yang
sama, maka akan melihat bahwa hidungnya terlalu besar, bibir terlalu lebar dan
sebagainya. Mungkin secara tehnis bisa dikatakan bahwa kamera itu benar, karena
dengan jarak yang dekat akan didapat distorsi dari lensa. Begitu juga mata
manusia, tetapi otak manusia mengoreksi kesalahan optis itu,
sehingga tidak
terlihat adanya distorsi meskipun dilihat dari jarak yang sangat dekat. Karena
manusia sudah terbiasa melihat semua kenyataan dalam pandangan pikiran manusia,
maka sesuatu yang lain tidak akan terasa aneh. Dengan mengetahui perbedaan
antara pandangan manusia dan pandangan kamera bisa membuat foto-foto yang lebih
efektif. Yaitu dengan selalu mempertimbangkan apakah pandangan kamera seperti
yang terlihat dalam viewfinder bisa memberikan imajinasi sebagai pandangan
manusia. Dengan demikian mudah mengatur komposisi agar bisa didapatkan gambar
yang bisa menimbulkan imajinasi sebagai pandangan manusia.
8)
Pembingkaian (Framing).
Potensi
akan lahirnya sebuah foto terjadi setiap kali mengangkat kamera dan melihat ke
dalam viewfinder untuk mengetahui apa yang masuk dalam gambar, apa yang tidak.
Kalau senang dengan apa yang dilihat dalam viewfinder tersebut, kemungkinan
besar akan segera menekan tombol rana untuk mendapatkan gambarnya. Saat
menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi
oleh bingkai didalam viewfinder kamera itulah yang dinamakan pembingkaian atau
framing. Dalam fotografi framing merupakan bagian yang sangat penting dari seluruh
komposisi gambar. Karena dengan menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak
masuk dalam gambar secara tidak langsung sudah mengatur komposisi. Kalau
melihat vas bunga yang ditaruh dipinggir meja, akan ada suatu perasaan yang
kurang menyenangkan. Begitu pula kalau vas bunga tersebut dipindah, kemudian
ditaruh di tengah sebuah meja yang sangat besar, perasaan akan mengatakan bahwa
penempatan vas bunga tersebut kurang sesuai. Demikian juga yang akan terjadi
pada semua gambar lukisan atau gambar foto. Bisa diandaikan bahwa meja adalah
frame atau bingkai gambar dan bunga adalah sesuatu yang ingin ditampilkan dalam
gambar tersebut. Dalam fotografi, pemotret harus mengatur gambar
yang sudah
tersedia dihadapannya agar masuk dalam bingkai yang sudah tersedia didalam
kamera. Meskipun demikian pemotret masih mempunyai banyak kemungkinan untuk
membuat bingkai dari subjek tertentu. Yaitu dia bisa bisa maju atau mundur,
geser kekiri atau kekanan, naik keatas atau ke bawah, memakai kamera vertical
atau horizontal. Yang harus
anda ketahui
untuk itu adalah bahwa setiap perubahan framing yang dibuat pemotret akan
menghasilkan gambar yang berbeda. Misalnya ada seorang gadis yang harus difoto.
Banyak kemungkinan untuk memasukkannya dalam bingkai dalam viewfinder kamera.
Bisa mendekat untuk mengisi seluruh bingkai gambar dan wajahnya. Atau bisa
mundur sehingga bisa
melihat keadaan
disekitarnya. Kalau lebih menjauh lagi dia akan tampak kecil dan pohon-pohon
yang ada disekitarnya tampak lebih jelas. Pilihan hendaknya memberi informasi
yang jelas tentang apa yang diinginkan. Kalau memutuskan untuk memasukkan
seluruh wajah gadis tadi, berarti lebih menitik beratkan pada pribadi gadis
tersebut. Subjek yang memenuhi frame biasanya lebih bisa memberi kesan yang
kuat. Karena penonton diajak langsung melihat pada subyek, tidak ada pilihan
lain. Lain kalaumemasukkan gadis dengan lingkungan sekelilingnya. Sekarang
penonton melihat objek-objek
lain selain
gadis tersebut. Pilihan ini menunjukkan keberadaan gadis tersebut dengan
lingkungan sekitarnya. Foto-foto semacam ini bisa memperlihatkan hubungan
antara subjek dan tempat, aktifitas, suasana dan sebagainya. Selanjutnya kalau
menempatkan gadis itu hanya sebagai bagian kecil dalam bingkai gambar, ini
memberi kesan bahwa pemandangan alam lebih ditekankan. Sekarang gadis tadi
tidak menjadi bagian pokok tetapi hanya sebagai penyerta saja. Kembali pada
framing pilihan pertama, dimana memasukan wajah gadis pada seluruh bingkai
gambar. Memang benar bahwa foto semacam ini menarik, karena penonton dengan
jelas bisa melihat detail. Tetapi kalau membuat kesalahan misalnya dalam
pemotongan,
kesalahan
tersebut juga akan terlihat jelas. Sehingga gambar terasa janggal. Dalam hal
pemotongan bagian tubuh manusia, ada suatu ketentuan yang harus ditaati
pemotret supaya gambar tampak wajar. Untuk mengetahuinya bisa memakai sebuah
foto yang sudah tidak dipakai lagi dari seseorang yang sedang berdiri. Sekarang
potonglah foto tersebut dengan gunting tepat pada bagian leher, kemudian
amatilah potongan foto pada bagian kepala. Dari sini akan terlihat kejanggalan
itu. Potongan
gambar tersebut menimbulkan perasaan ngeri atau perasaan yang tidak
mengenakkan. Hal ini disebabkan karena dan manusia-manusia lain melihat dengan
pikiran. Pikiran manusia dipengaruhi oleh pengalaman yang sudah biasa mereka
lihat. Maka kalau melihat foto setengah badan dari seseorang, meskipun tidak
tampak tetapi tahu bahwa dia punya kaki. Demikian juga karena pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki, semua manusia tahu bahwa persedianpersendian
pada tubuh
manusia adalah bagian yang paling memungkinkan bisa lepas, dan manusia tahu
bahwa leher yang terpotong sangat mematikan. Maka anjuran yang patut anda ikuti
adalah jangan memotong tepat pada persendian, dan bisa memotong diatas atau di
bawahnya. Tetapi tidak bisa membuat batas frame tepat di atas kepala dan tepat
di bawah kaki. Karena kita tidak pernah berada diruangan yang pas seperti itu,
kalaupun pernah tentu akan terasa tidak enak. Di dalam
rumah, di dalam
mobil, justru ada ruangan diatas kepala kita. Ini juga berlaku untuk subjek
pemotretan yang lain, bisa binatang, pohon, benda-benda mati dan sebagainya.
Jangan membuat framing yang terlalu pas, berilah sedikit ruangan agar tampak
lega. Tetapi ruangan kosong yang terlalu luas juga tidak menguntungkan, karena
ruangan kosong yang terlalu
luas tidak
memberi arti apa-apa. Kalau subjek jauh dari kamera, sehingga seharusnya ada
ruangan dihadapannya. Pemotret harus menciptakan kesan kedalaman, supaya
penonton dapat merasakan adanya ruangan di depan subjek tersebut.
Ada banyak cara
untuk itu, misalnya bahwa subjek ditempatkan berada dibelakang sesuatu. Dengan
cara lain, yaitu dengan menempatkan subjek di antara sesuatu yang
mengelilinginya, sehingga subjek seperti berada pada suatu bingkai. Bisa juga
memakai jendela, pintu, pohon, gua dan sebagainya sebagai bingkai tersebut.
Tehnik ini disebut frame within frame. Melihat foto semacam ini, penonton akan
merasakan adanya dua bidang datar, yaitu pada bingkai dan latar belakang,
sehingga akan didapatkan kesan ruang. Kesan kedalaman atau perspekstif, bisa
pula ditimbulkan oleh garis-garis yang konvergen (garis-garis panjang yang akan
bertemu pada suatu titik). Seperti kalau melihat dari tengah jalan kerata api
atau jalan tol yang lurus, tampak akan bertemu pada satu titik dikejauhan sana.
Membuat kesan perspektif seperti itu mungkin pernah dipraktekkan sewaktu kecil
dengan menggambar pemandangan gunung, di mana ada jalan lurus yang
makin lama
makin kecil, akhirnya menjadi titik di kaki gunung. Dengan lensa wide angle
juga bisa dengan mudah membuat kesan perspektif seperti itu, bahkan bisa
menjadi lebih dramatis kalau ditempatkan suatu sebagai latar depan. Dalam
framing garis-garis tersebut bisa didapatkan garis-garis pada gedung, pagar,
pematang sawah dan lain-lain. Gambar tidak menarik kalau subjeknya ditempatkan
tepat ditenga-tengah bingkai gambar. Gambar akan lebih menarik kalau subjek
tersebut ditempatkan sedikit agak kepinggir. Ada satu hokum klasik mengenai
komposisi yang disebut potongan kencana (golden section). Hukum komposisi ini
dipakai oleh pemahat-pemahat Yunani kuno dan juga pelukispelukis eropa. Pada
dasarnya hukum tersebut menyatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu
bidang itu adalah merupakan kesatuan dari dua bidang yang saling berhubungan.
Bidang yang besar mempunyai hubungan dengan yang kecil, seluruh bidang
yang saling
berhubungan dengan yang besar, dengan perbandingan pembagian bidang yang besar
dan yang
kecil sama
dengan perbandingan antara seluruh gambar dengan yang lain. Dengan perhitungan
secara kasar bisa didapat
bahwa bidang
tersebut adalah 1/3 bagian, 2/3 bagian dan penuh. Hubungan 1/3, 2/3 dan penuh
menurut hukum potongan kencana tersebut juga dapat diterapkan pada perancangan
framing sebuah foto. Dengan membagi bidang horizontal atau bidang vertikal.
Garis-garis tersebut dinamakan garis potongan kencana. Pada salah satu garis
potongan kencana itulah subjek yang dimaksud sebagai pokok atau pusat perhatian
dari seluruh gambar sebaiknya ditempatkan. Kalau subjek
tersebut ditempatkan
di tengah bidang gambar, bagian besar dari bidang gambar menurut hukum potongan
kencana tidak mempunyai hubungan dengan bagian kecil. Kalau subjek tersebut
ditempatkan pada salah satu garis potongan kencana, tampak bahwa bagian yang
besar dari gambar mempunyai hubungan dengan bagian yang kecil. Selain itu
subjek yang tepat ditengah gambar, akan membagi bidang gambar menjadi dua
bagian yang sama dan simetris, sehingga mata penonton
yang menelusuri
seluruh bidang gambar, akan selalu mendapati jarak yang sama antara subjek dan
tepi kiri dan kanan gambar. Hal ini akan berkesan bahwa tidak ada irama atau
monoton. Gambar seperti itu terasa statis. Kebanyakan orang mengatur framing
secara horizontal. Mungkin ini disebabkan karena kamera itu sendiri dibuat
secara horizontal, sehingga untuk memakainya secara vertical terasa sedikit
kurang enak. Juga mungkin karena manusia memandang dengan dua
mata yang
letaknya sejajar secara horizontal, sehingga orang selalu merasa bahwa bingkai
yang horizontal itulah yang wajar. Tetapi secara estetis, keduanya baik
horizontal maupun vertical dan binatang, gunung, mobil adalah horizontal.
Meskipun begitu tidak bisa membuat framing hanya menurut bentuk subjek saja.
Apapun subjeknya, semuanya mempunyai kemungkinan bisa difoto secara vertical
atau horizontal. Sekarang tinggal apa yang ingin lebih ditekankan atau apa yang
dibutuhkan.
Dalam hal terakhir ini, para pemotret professional yang memotret untuk majalah
atau ilustrasi buku, lebih mudah menentukan format dari framing. Karena
biasanya majalah atau buku mempunyai format vertical, sehingga pemotret tinggal
mengatur komposisi subjek supaya bisa didapat gambar secara vertical. Tetapi
kalau tidak mempunyai keperluan khusus seperti itu, harus dipertimbangkan
sesuatu yang lain. Kalau tidak, cobalah mencari kemungkinan lain, misalnya
dengan mengubah sudut pengambilan. Bisa naik keatas pohon, berlutut, tiarap
diatas tanah atau banyak kemungkinan lain yang masing-masing akan memberi kesan
gambar yang berbeda. Tetapi kalau membuat suatu foto reportase atau memotret
keramaian,
misalnya suatu pawai dimana semua bisa berubah dengan cepat, Pemotret tidak
punya waktu untuk menganalisa framing yang sedang diatur. Dalam situasi seperti
ini pengetahuan mengenai komposisi yang sudah menyatu dengan pikiran dan
pemahaman terhadap sifat-sifat serta efek yang dihasilkan oleh foto, akan
sangat menentukan. Pada saat seperti ini harus sudah menentukan framing sebelum
mengangkat kamera. Jadi pada waktu melihat bingkai gambar dalam viewfinder dan
menekan tombol rana untuk mengambil gambarnya adalah merupakan pelaksanaan dari
framing yang sudah diputuskan sebelumnya. Untuk itu harus paham betul mengenai ���pandangan
kamera���.
9) Pusat
Perhatian
Seperti yang
telah dibicarakan bahwa pusat perhatian sebaiknya ditempatkan pada garis
potongan kencana, supaya gambar lebih menarik. Pusat perhatian adalah bagian
pokok dari seluruh bagaian���bagian lain yang ada dalam gambar. Misalnya
memotret seorang petani yang sedang bekerja disawah. Yang menjadi pusat
perhatian adalah petani yang sedang bekerja tersebut. Sedang bagian-bagian
gambar yang lain seperti sawah, pematang, pepohonan, lain dan sebagainya
adalah
pelengkap yang menghubungkan pusat perhatian untuk menunjukkan tempat, suasana,
aktifitas dan sebagianya. Demikian juga seharusnya dirasakan penonton yang
melihat foto itu menjadi kesan lain. Mata penonton yang melihat sebuah gambar
akan terus bergerak dari satu titik ke titik yang lain menjelajahi seluruh
bidang gambar. Setelah mata penonton menemukana titik yang dimaksudkan sebagai
pusat perhatian, yaitu petani, mata penonton masih akan terus bergerak. Kalau
kemudian mata penonton menemukan ada bagian lain yang lebih menarik dari pada
pusat perhatian yang dimaksud, misalnya warnanya lebih mencolok atau terang, maka
dia tidak mendapat kesan seperti yang diharapkan. Hal serupa akan ditemui kalau
latar belakang terlalu sarat dengan bermacam-macam warna dan bentuk yang
dihasilkan oleh pepohonan. Mata penonton akan selalu tergoda untuk mengikuti
garis-garis dari daun dan pepohonan yang ada dilatar belakang, sehingga subjek
utama yang seharusnya menjadi pusat perhatian seakan tenggelam dalam latar
belakang.
Untuk membantu
mengarahkan pandangan penonton kepada apa yang dimaksud, yaitu harus mengatur
supaya
perhatian lebih
menonjol. Dalam pemotretan close-up hal ini tidak terlalu sulit, karena tidak
ada atau hanya sedikit saja latar belakang sehingga komposisi atau susunan
gambar menjadi sederhana. Dengan demikian penonton langsung
diajak melihat
subjek seperti apa yang dinginkan pemotret. Pada foto CLOSE-UP yang besar yang
menjadi pusat perhatian adalah mata. Seperti kalau berbicara dengan orang lain
yang dipandang pasti matanya. Untuk foto seperti ini, karena mata yang menjadi
pusat perhatian, maka mata harus benar-benar tajam, artinya focus harus tepat.
Jadi bisa dikatakan bahwa makin sederhana komposisi, makin mudah mengarahkan
penonton pada suatu pusat perhatian. Salah satu cara untuk
menyederhanakan
komposisi adalah dengan membuat latar belakang yang polos/kosong. Misalnya
burung yang sedang terbang dengan latar belakang langit yang biru. Karena latar
belakang kosong, mata penonton lebih diarahkan untuk selalu melihat burung itu.
Komposisi seperti ini sering dipakai dalam pembuatan foto-foto iklan. Kalau
diperhatikan foto-foto iklan kebanyakan dibuat dengan latar belakang polos.
Jika demikian harus mempertimbangkan apakah bagian-bagian lain dalam
gambar bisa
mendukung pusat perhatian atau tidak. Apakah latar depan dan latar belakang
terlalu ramai sehingga membingungkan penonton. Kalau terlalu banyak benda-benda
yang masuk dalam gambar, sehingga komposisi menjadi terlalu rumit, bisa
menyederhanakannya dengan cara yang disebut penajaman selektif (selective
focusing), yaitu mengatur
sebagian gambar
saja yang ada dalam focus, sedangkan gambar yang lain kabur. Dengan memakai
bukaan diaphragma lebar dan focus diatur tepat tentu pusat perhatian akan
menghasilkan gambar yang tajam pada bagian pusat perhatian dan latar belakang
kabur. Sekarang komposisi menjadi sederhana. Garis-garis dan bentuk-bentuk dari
pepohonan yang ada dilatar belakang menjadi tidak jelas, ini tidak menarik
perhatian penonton, sehingga akan lebih mengarahkan perhatian penonton pada
pusat perhatian. Membuat latar belakang menjadi kabur seperti contoh diatas memang
menguntungkan. Akan tetapi latar belakang yang kabur tidak selalu baik.
Kadangkadang latar belakang yang tajam diperlukan juga, misalnya untuk
menekankan keberadaan subjek pada seuatu tempat tertentu atau untuk lebih
menonjolkan hubungan antara subjek dan latar belakang. Dalam hal ini tentu saja
diperlukan kecermatan dalam mengatur penempatan sunjek dan latar belakang
sehingga tidak saling mengganggu. Jadi, latar belakang baik yang tampak kabur
ataupun yang tajam keduanya bisa menguntungkan atau merugikan. Latar belakang
yang kabur menguntungkan karena bisa lebih mudah mengarahkan perhatian penonton
pada subjek utama. Tetapi benda-benda yang terang dilatar belakang atau
pantulan-pantulan sinar dilatar belakang yang tampak sebagai titik-titik putih
yang menjadi kabur karena berada dalam focus lensa akan tampak menjadi lebih
besar. Ini terasa akan mengganggu karena sesuatu yang terang, misalnya warna
putih akan lebih menarik
perhatian mata.
Di lain pihak latar belakang yang tajam memang bisa lebih menekankan tempat dan
suasana tetapi kalau tidak hati-hati mengaturnya mungkin merugikan karena
komposisi lebih rumit. Subjek utama dan latar belakang bisa kita sebut sebagai
figure dan ground. figure adalah gambar pokok yang menjadi pusat perhatian dan
ground adalah suatu latar yang mempunyai kaitan dengan keberadaan dari figure.
Dalam melihat suatu selalu mempunyai figure dan ground. Sebagai contoh, pada
waktu melihat sebuah konser musik, perhatian tertuju pada penyanyi dipanggung.
Di sini penyanyi tersebut menjadi figure dan sekitarnya menjadi ground.
Kemudian kalau perhatian beralih kepada penabuh drum itulah yang
menjadi figure,
dan seterusnya. figure dan ground akan selalu berubah-ubah sesuai apa yang
menarik perhatian anda. Dalam sebuah foto pemilihan figure dan ground sudah
ditentukan oleh pemotret. Pemotret menentukan dan mengatur figure dan ground
sudah dalam satu gambar tunggal agar terjadi satu kesatuan, sehingga penonton
bisa merasakan kesan seperti apa yang dimaksudkan. Perlu diingat bahwa figure
dan ground tidak bisa dilihat dalam waktu yang bersamaan. Sama seperti waktu
menonton televisi. Tidak melihat Koran sewaktu menonton televisi. Demikian
halnya dalam sebuah foto. Penonton melihat figure dan ground secara bergantian.
Dengan mengontrol secara menyeluruh dan dengan seksama pemotret bisa
mengarahkan perhatian penonton pada figure yang dimaksudkannya. Garis-garis
pantai, gunung, awan, cabang-cabang pohon, pagar yang ada sebagai latar atau
ground bisa membawa perhatian penonton pada figure yang menjadi subjek utama.
Pusat perhatian, seperti yang telah diterangkan selama ini, mengandaikan hanya
ada satu pusat perhatian. Lalu bagaimana kalau ada lebih dari satu pusat
perhatian, misalnya dua orang, beberapa buah benda, serombongan orang. Ini
semua tergantung dari bagaimana posisi subjek tersebut dalam gambar. Misalnya
ada dua atau sekelompok orang yang saling berdekatan rapat atau saling
bersinggungan. Maka sekelompok orang tersebut bisa dikatakan sebagai satu
kesatuan yang bisa menjadi satu pusat perhatian. Sedang kalau ada dua atau
lebih pusat perhatian yang letaknya tidak berdekatan, untuk menyatukan mereka
diperlukan suatu tegangan (tension) yang bisa mengikat perhatian penonton pada
mereka. Tegangan atau tension ini bisa terjadi karena adanya arah gerak dan
arah pandangan. Contohnya adalah sebuah foto
pertandingan
sepak bola dimana tampak dua orang sedang berebut bola. Pandangan dan arah
gerak kedua pemain tersebut mengarah pada bola, sehingga terasa ada tegangan
yang menjadikan kedua pemain tersebut menjadi pusat perhartian dari seluruh
gambar. Pada umumnya kita selalau menginginkan perbandingan. Dalam foto
perbandingan juga penting. Orang yang tingginya lebih dari dua meter akan
tampak tinggi kalau difoto diantara kerumunan orang. Kesan
tinggi dari
orang yang sama tampak dia difoto sendirian dengan latar belakang sawah yang
luas. Dengan menampakkan perbandingan, penonton akan mendapatkan semacam bukti
yang mengesankan mengenai ukuran. Misalnya sebuah pohon raksasa atau jurang
yang tinggi, akan tampak dalam foto besar atau tingginya jika didalamnya tampak
juga orang yang bisa
dijadikan
sebagai perbandingan. Perbandingan yang tajam, misalnya kesan berdampingan
dengan yang kecil. Selain bisa memberi tekanan juga lebih menarik perhatian.
Banyak orang akan melirik kalau melihat seorang gadis yang jangkung berjalan
dengan seorang laki-laki yang pendek.
10)
Garis dan Bentuk Komposisi
Dalam komposisi
fotografi yang dimaksudkan dengan garis bisa merupakan garis nyata yang pada
dasarnya adalah merupakan tepi atau batas yang membedakan suatu bentuk,
sehingga dengan adanya garis-garis kita bisa mengenali suatu bentuk. Selain
garis-garis yang nyata tadi, ada juga garis-garis imajiner, yaitu garis yang
yang tidak tampak secara nyata, tapi mempunyai kesan ada misalnya, arah
pandangan mata. Dalam komposisi, garis merupakan salah satu unsur yang penting.
Bahkan pelukis pertama kali memulai mengerjakan lukisan dengan membuat bentuk
garis. Telah diketahui bahwa garis bisa membangkitkan kesan prespekstif atau
kedalaman dan bisa dijadikan sebagai penghubung yang menuntun mata penonton ke
pusat perhatian. Selain dari itu garis juga memberikan kesan tertentu.
Anak-anak yang menggambar mobil, orang, selalu memberi garis horisontal
dibawahnya sebagai tempat berpijak, Pandangan mata manusia adalah horizontal,
mata kita sewaktu memandang sesuatu selalu dengan mudah dan enak menelusuri
dari tepi secara horizontal, sehingga garis-garis horizontal yang kita lihat
seakan mempunyai kesan yang biasa, tidak mengejutkan. Dari semua contoh di atas
, pada umumnya garis-garis horizontal memberi kesan stabil, tenang, istirahat
(tidur) dan statis. Garis-garis horizontal yang sejajar memberi kesan di atas.
Unsur lain dalam komposisi adalah garis vertikal, garis-garis ini sering kita
jumpai. Garis-garis vertikal adalah bentuk utama dari pohon dan manusia.
Arahnya yang atas bawah memberi kesan gravitasi, sehingga lebih menimbulkan
kesan gerak.Tetapi garis–garis vertical yang banyak dan sejajar memberi kesan
rintangan-rintangan seperti pagar atau sederetan orang yang berdiri menghadap
kamera. Di antara unsur-unsur garis dalam komposisi, garis diagonal merupakan
yang paling enak dilihat dan dramatis. Garisgaris diagonal juga lebih dinamis
dan hidup, kesan garisgaris tersebut mempunyai tegangan yang tak terduga dan
posisi yang terkesan tidak stabil. Garis-garis diagonal juga membuat kesan
perspektif yang menimbulkan ilusi kedalaman ini bisa anda buat dengan mudah
kalau anda memakai lensa sudut lebar. Dari sudut komposisi, unsur garis
diagonal sering menjadikan suatu yang “mengundang mata”. Mungkin ini disebabkan
karena kebanyakan yang dilihat adalah lensa vertical dan horizontal, termasuk
pinggiran dari gambar itu sendiri, sehingga kalau ada unsur garis diagonal pada
gambar akan segera menyegarkan. Garis-garis diagonal yang sejajar tidak tampak
menjadi penonton karena mereka selalu mempunyai panjang yang berbeda.
Garisgaris yang berhubungan akan menjadi suatu bentuk. Dalam komposisi bentuk
merupakan kesatuan yang membuat bagian-bagian dari gambar menjadi saling
berhubungan. Diantara banyak macam bentuk yang bisa terjadi, bentuk komposisi
yang paling enak dipandang adalah bentuk geometris. Kalau dilihat hampir semua
yang dibuat manusia mempunyai bentuk geometris. Ada tiga bentuk komposisi yang
utama yaitu segi empat, segitiga dan lingkaran. Sedang trapezium dan oval
adalah variasi dari ketiga bentuk komposisi tersebut. Bentuk yang paling sering
dilihat adalah segi empat. Rumah, pintu , jendela, meja, televisi semua
mempunyai unsur segi empat. Bahkan bentuk frame dari gambar itu sendiri juga
segi empat, dan pembagian bidang-bidang gambar-gambar menurut hukum golden
section yang telah diterangkan sebelumnya, juga adalah pembagian bidang-bidang
segi empat. Segi empat adalah merupakan perpaduan dari gari-garis vertical dan
horizontal. Garis-garis vertical dan horizontal yang bertemu cenderung
menimbulkan kesan mapan, formal, statis karena garis vertical yang mempunyai
gravitasi bertemu dengan garis horizontal sebagai tempat berpijak. Memotret
dengan mengarah kamera keatas atau kebawah atau memakai lensa sudut lebar akan
sulit untuk mendapatkan gambar dengan komposisi berbentuk segi empat. Bentuk
segi empat akan lebih mudah adidapat dengan pemotretan yang lurus (waterpas).
Dilihat dari pemotretan saja sudah bisa terasa bahwa komposisi segi empat itu
terasa formal dan terencana. Dalam komposisi fotografi dan juga seni grafis
lainnya bentuk yang paling sering dipakai adalah bentuk segitiga. Bentuk
segitiga hampir selalu dapat dibuat dengan mudah karena hanya diperlukan tiga
titik dan tanpa garis sejajar. Bentuk segitiga menarik karena selalu ada unsur
diagonal yang membuat terasa lebih dinamis. Bentuk segitiga sangat menarik
pandangan tidak hanya karena adanya garis-garis diagonal tetapi juga karena
tiga titik yang dimilikinya.
b. Kamera
Televisi
Gambar-gambar
yang kita saksikan pada layar pesawat televisi, baik yang disiarkan langsung
maupun yang telah direkam terlebih dahulu, adalah gambar yang telah dilihat
oleh kamera televisi. Gambar-gambar tersebut ditentukan oleh apa yang bisa
dilihat dan bagaimana cara kamera melihatnya. Sebagai contoh, apabila pada
suatu malam kita berjalan-jalan di kaki lima di sebuah kota, pemandangan yang
khas dari suasana malam akan nampak sempurna oleh mata kita. Kita bisa melihat
dengan jelas barang-barang yang dipajang di etalase toko, hotel-hotel, rumah
makan dengan neon signnya, orang-orang, kendaraan yang berlalu lalang. Dengan
penerangan lampu jalan, lampu toko, lampu mobil, kiranya cukup bagi mata kita
untuk melihat dengan jelas. Tetapi bagi kamera televisi, penyinaran yang
demikian itu sangat kurang, pemandangan akan nampak agak gelap dan tidak jelas
pada layar televisi apabila merekamnya. Tanpa gambar yang jelas pesawat
televisi tak lebih dari pesawat radio, sebab pada media televisi unsur yang
paling penting adalah gambar, meskipun tentu saja kita tidak boleh mengabaikan
unsur audio atau suara. Jika bisa dikatakan bahwa produksi televisi sangat
ditentukan oleh apa yang bisa dilihat dan apa yang tidak bisa dilihat oleh
kamera.
1)
Bagian-bagian Kamera TV
Kamera televisi
terdiri dari 4 bagian utama:
a) Lensa/Optik
b) Kepala
kamera dan body ( camera head )
c) View finder
d) VCR (Video
Casette Recorder )
a) Lensa
Fungsi lensa
adalah untuk mengumpulkan sinar yang dipantulkan oleh obyek sehingga membentuk
bayangan optis pada permukaan tabung kamera atau CCD (Charge Couple Device).
Lensa menentukan perspektif visual dari pemandangan yang dilihat oleh penonton.
Lensa tersusun
atas 3 bagian:
(1)
Elemen-elemen optik yang menghasilkan bayangan dan mengubah panjang fokal.
(2) Iris, yang
bisa diubah-ubah untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk kedalam Kamera.
(3) Sistem
mounting, pemasangan lensa pada kamera dengan sistem bayonet atau sistem ulir
(C-mount).
Lensa yang
digunakan untuk kamera video, biasanya lensa zoom.
Elemen-elemen
optik lensa. Sebuah lensa terdiri dari sejumlah elemen-elemen optik yang
ditempatkan dalam silinder metal. Elemen-elemen ini berupa kepingan kaca bulat
dengan lapisan-lapisan khusus yang berfungsi untuk mengurangi refleksi sinar
yang dipantulkan oleh obyek, memfokuskan bayangan pada permukaan tabung kamera
atau CCD. Iris (diafragma). Iris adalah sejumlah lembaran metal tipis yang
disusun sedemikian rupa sehingga bisa dibuka dan ditutup untuk mengatur
banyaknya sinar yang bisa masuk melalui lensa. Bila iris dibuka selebar
mungkin, lensa mengirim sinar maksimum kedalam kamera, dan bila bukaan iris
kita kurangi atau kita tutup, lubang diafragma akan menyempit, sehingga sedikit
sinar yang masuk ke dalam kamera. Bukaan difragma diukur dengan nomor f-stop
dimulai dari f/1,4 sampai f/22. Lebih kecil nomor f stop, lebih besar bukaan
difragma, lebih besar nomor f-stop berarti lebih kecil bukaan diafragma.
Sifat-sifat optik lensa Sifat-sifat optik lensa menentukan ukuran dan pembesaran
bayangan, menghasilkan pandangan horisontal dari adegan yang difoto, dan
menentukan perspektif visual dari shot. Adapun sifat-sifat optik lensa zoom
adalah: panjang fokal (focal length) dan f-stop
Panjang fokal
(Focal Length). Panjang fokal adalah kwalitas lensa yang menentukan ukuran
pembesaran bayangan dan bidang pandangan horisontal. Panjang fokal ditentukan
dengan mengukur titik pusat lensa ke titik dimana sinar berkumpul dibelakang
lensa dalamkeadaan tajam (fokus). Titik ini disebut titik fokus dimana
ditempatkan permukaan tabung atau CCD, untuk menangkap gambar atau bayangan.
Panjang fokal dihitung dalam milimeter. Lebih besar panjang fokal, lebih sempit
bidang pandangan dan lebih besar ukuran obyek.
Lensa normal
menghasilkan pandangan sebagaimana mata kita melihatnya. Bidang pandangan
horisontal dan pembesaran gambar lensa normal sebanding dengan apa yang kita
lihat apabila kita berdiri ditempat dimana kamera berada. Panjang fokal lensa
normal dalam format 16 mm (permukaan tabung kamera atau CCD berukuran 2/3 inci)
kira-kira 25 – 75 mm dengan pandangan horisontal 20°- 9°, lensa sudut lebar
dari 12 – 25 mm mempunyai bidang pandangan horisontal 57°- 20°, lensa telephoto
dengan panjang fokal 75 – 200 mm mempunyai bidang pandangan horisontal 9°- 3°.
Standar panjang fokal lensa dan sudut pandangan horisontal. Bidang pandangan
horisontal adalah seberapa besarnya sudut suatu shot yang bisa diperoleh oleh
sebuah lensa. Dengan mengetahui bidang pandangan horisontal lensa, sutradara
dan juru kamera bisa merencanakan shot-shot dan penempatan kamera pada suatu
lokasi atau studio dalam floor plan.
Lensa Zoom.
Kamera televisi
pada umumnya mempergunakan lensa zoom. Lensa zoom adalah lensa yang bisa
diubah-ubah panjang fokalnya, dari sudut pandang yang paling lebar (wide angle)
ke sudut yang paling sempit telefoto.
Zoom range
adalah batas perbandingan antara panjang fokal lensa zoom terpendek dan
terpanjang. Zoom range biasanya dituliskan dengan dua nomor, misalnya 10 x 12.
Nomor pertama 10 adalah zoom rangenya, artinya perbandingan panjang fokal
terpendek dengan panjang fokal terpanjang adalah 10 : 1. Sedangkan nomor yang
ke dua 12 adalah panjang fokal terpendek dalam milimeter. Jadi 10 x 12 artinya
lensa tersebut mampu membuat zooming dari 12 mm (panjang fokal terpendek)
sampai 120 mm (panjang fokal terpanjang).
Lensa zoom
dalam melakukan zooming bisa digerakkan dengan cara:
Manual :
mengatur sudut pandang dan kecepatannya dengan memutar sticknya.
Servo : dengan
menekan tombol yang menggerakkan motor elektronisnya.
Dengan lensa
zoom ini kita bisa menghasilkan fokus yang tepat apapun bidang pandangan yang
kita kehendaki dengan membuat kalibrasi atau prefokus lensa sebelum shot-shot
direkam. Dekatilah subyek dengan zoom in, kemudian atur fokus sehingga obyek
nampak tajam. Bila obyeknya manusia fokuskan pada matanya. Setelah focusing
dengan melakukan zoom out buatlah framing dan komposisi seperti yang kita
inginkan. Kemudian rekaman bisa kita mulai, pada saat merekam kita buat zoom in
secara perlahan, gambar akan tetap fokus sepanjang kamera atau subyek tidak
bergerak dari posisi semula. Apabila jarak dari kamera ke subyek berubah,
misalnya dengan merekam adegan baru pada subyek lain yang posisi atau jarak
berbeda, tentu saja kita harus mencocokkan fokus lagi untuk menghasilkan gambar
yang tajam. F – stop. F-stop adalah satuan bukaan iris (diafragma). Dengan
merubah f-stop berarti menambah atau mengurangi cahaya yang masuk kedalam
kamera. Semakin tinggi nomor fstop, semakin kecil bukaan diafragma, semakin
sedikit sinar yang masuk kedalam kamera. Semakin kecil nomor f-stop, semakin
besar bukaan diafragma, semakin banyak sinar yang masuk kedalam kamera.
Bilangan f-stop tersebut telah dirancang sedemikian rupa sehingga setiap naik
satu stop, maka banyaknya cahaya yang melewati diafragma tinggal separuh dari
semula. Sebaliknya dengan turun 1 stop, sinar yang masuk 2 kali lipat
Fokus. Fokus
adalah pengaturan lensa yang tepat untuk jarak tertentu. Gambar dikatakan fokus
apabila proyeksi gambar yang dihasilkan oleh lensa jatuh dipermukaan tabung
atau CCD, jelas dan tajam. Juga yang nampak pada viewfinder atau TV monitor.
Bidang
Kedalaman (Depth of field) atau Ruang Tajam. Bidang kedalaman atau depth of
field adalah bidang dimana obyek-obyek di depan dan di belakang obyek utama
nampak dalam fokus. Bidang kedalaman sangat penting untuk hal-hal teknis dan
estetis. Secara teknis, shot dengan bidang kedalaman yang luas, memudahkan juru
kamera mengikuti action, gerakan subyek. Bidang kedalaman yang sempit
mengharuskan kita secara terus menerus mengubah fokus, apabila subyek ataupun
kamera sendiri bergerak. Secara estetis bidang kedalaman sangat berperan dalam
menciptakan perspektif visual pada keseluruhan adegan (shot). 3 hal yang
menentukan bidang kedalaman adalah:
(1)
panjang fokal lensa
(2)
f-stop bukaan iris dan
(3) jarak
antara kamera dan obyek.
Panjang fokal.
Lebih pendek panjang fokal atau lebih besar sudut pandang lensa, lebih dalam
atau lebar bidang kedalaman. Panjang fokal ditambah, bidang kedalaman semakin
sempit.
F-stop. Lebih kecil
lensa dibuka (lebih besar nomor fstop), lebih luas bidang kedalaman. Lebih
besar bukaan lensa (lebih kecil nomor f-stop), bidang kedalaman lebih sempit.
Jarak kamera
dengan subyek. Semakin jauh jarak antara kamera dengan subyek, makin luas
bidang kedalaman. Semakin dekat jarak kamera dengan subyek, semakin sempit
bidang kedalaman.
Perspektif
Lensa. Menunjukkan cara lensa memotret kedalaman, dimensi dan hubungan antara
obyek-obyek di dalam videospace. Lensa normal menghasilkan perspektif normal,
videospace nampak wajar sebagaimana mata kita melihatnya. Lensa wide angle
(sudut lebar), menambah kedalaman, jarak antara latar belakang dengan latar
depan lebih jauh dari kenyataannya. Gerakan yang mengarah menuju ke kamera atau
meninggalkan kamera nampak lebih cepat dari gerakan sebenarnya. Lensa telefoto
(sudut sempit) mengurangi kedalaman ruangan, jarak antara latar belakang dengan
subyek utama nampak dekat sehingga gambar terkesan datar. Gerakan menuju atau
meninggalkan kamera nampak lebih lambat dari gerakan yang sebenarnya.
Filter. Filter
befungsi untuk mengubah atau mencocokkan cahaya yang masuk ke dalam kamera.
Filter koreksi suhu warna. Televisi berwarna membagi cahaya yang terlihat oleh
mata manusia menjadi 3 warna primair, yaitu merah, hijau dan biru (RGB). Ketiga
warna ini apabila dipadukan dalam perbandingan yang tepat (R=30%, G=59%, B=11%)
akan menghasilkan warna putih, dengan perbandingan yang berbeda akan
menghasilkan warna-warna yang lain. Warna dari suatu benda disebabkan oleh
pantulan cahaya yang mengandung warna tertentu. Benda putih terlihat sebagai
warna putih yang tepat apabila dikenai cahaya putih. Tetapi cahaya putih yang
murni jarang sekali, kebanyakan yang kita lihat adalah sebagai warna putih yang
mengandung warna kebiru-biruan atau kemerah-merahan. Mata kita secara otomatis
bisa mengimbangi perubahanperubahan itu dengan mengubah balans warna, sehingga
kita selalu melihat warna putih sebagai putih, tetapi kamera televisi tidak.
Untuk memecahkan masalah ini, kamera video dilengkapi dengan sebuah filter yang
dipasang pada suatu piring ditempatkan di antara lensa dan tabung kamera. Roda
filter ini berisi sejumlah filter koreksi warna yang berbeda, masingmasing bisa
secara cepat diputar dicocokkan dengan kondisi cahaya yang kita pergunakan untuk
melakukan rekaman. Umumnya Kamera video memiliki 2 buah filter koreksi warna.
Untuk shoting didalam ruangan dengan cahaya lampu video kita pasang filter
3200°K dan untuk shoting dengan penerangan cahaya matahari kita gunakan filter
5600°K. Cahaya matahari banyak mengandung warna biru. Kalau kita memasang
filter nomor 2 untuk matahari, sebetulnya kita memasang filter berwarna oranye,
yang bisa mengimbangi banyaknya warna biru yang terdapat dalam cahaya matahari.
Sebaliknya cahaya lampu video lebih mengandung warna merah, maka kita pasang
filter nomor 1 (3200°K), yang berwarna kebiru-biruan. Sumber cahaya yang lebih
tinggi intensitas sinarnya mengandung warna biru, sumber cahaya yang lebih
rendah lebih mengandung warna merah. Perbedaan warna cahaya ini tergantung pada
suhu, dan diukur dengan derajad Kelvin.
White Balance.
Intensitas cahaya berbeda-beda pada saat yang berbeda dalam sehari. Cahaya pagi
hari atau senja mempunyai suhu 2000°K, cahaya tengah hari mempunyai ukuran
10.000°K. Karena intensitas cahaya sangat berbeda maka filter koreksi warna
tidak bisa menghasilkan warna putih yang tepat. Maka dari itu kamera video juga
dilengkapi dengan tombol untuk menyetel white balance. Cara termudah untuk
menyetel white balance ialah dengan mengarahkan kamera terhadap benda putih apa
saja yang berada dalam kondisi cahaya yang sama dengan cahaya yang kita
pergunakan untuk merekam adegan.
Cara menyetel
white balance:
Pertama-tama
cocokkan filter koreksi warna dengan kondisi cahaya yang kita pakai shoting.
Arahkan kamera terhadap benda putih apa saja. Kamera di zoom sampai yang
terlihat dalam viewfinder hanyalah warna putih.Tekan tombol pengatur white
balance. White balance harus diubah, apabila keadaan cahaya berubah.
Filter Neutral
Density (ND). Berfungsi untuk mengurangi intensitas sinar yang terlalu kuat
tanpa mempengaruhi kwalitas warna cahaya. Filter ini digunakan bila kamera
membuat rekaman dimana kondisi cahaya terlalu tinggi. Dengan mempergunakan
filter ND ini kita bisa membuat selective focusing atau rack focus. Karena
pemasangan filter ini akan memaksa bukaan f-stop melebihi normal; sehingga
mempersempit bidang kedalaman tanpa mengurangi intensitas cahaya.
b) Camera Head
Camera head
berisi:
(1) Sistem
Optik Internal
Semua kamera
televisi berwarna menggunakan sistem optik bagian dalam, yang berfungsi
memisahkan cahaya yang difokuskan oleh lensa ke dalam 3 warna primair (RGB).
Sistem optik yang biasa digunakan adalah prism beam splitter (prisma pemisah
cahaya), yang menerima sumber cahaya secara maksimum dan sedikit sinar yang
hilang atau mengurangi distorsi optik. Kamera televisi yang lebih murah
harganya biasanya menggunakan sistem optik cermin dikroik (dichroic mirror).
(2)
Photoelektric transducer
Photoelectric
transducer berfungsi mengubah bayangan optis dari lensa ke dalam sinyal
elektronik yang disebut sinyal video. Baik itu berupa pickup tube (tabung),
maupun CCD (charge coupled device).
(3) Pickup tube
Jenis tabung
yang banyak digunakan adalah jenis Plumbicon dan Saticon. Tabung-tabung ini
mampu menghasilkan gambar berwarna yang berkwalitas tinggi.
Tabung
Plumbicon yang dibuat untuk kamera studio tersedia dalam 2 ukuran, format
berdiameter 1¼ inch (30mm) dan 1 inch (25mm). Format ini menunjukkan ukuran
permukaan photoconductive pada tabung. Semakin lebar permukaan tabung, semakin
bagus kuwalitas gambarnya. Kamera studio yang baru dengan format 2/3 inch
(18mm) dan kamera ENG/EFP dengan format ½ inch (12mm) juga mampu menghasilkan
gambar yang berkualitas tinggi.
(4) CCD (Charge
Coupled Device)
CCD adalah sebuah
microchip terpadu sebagai pengganti pickup tube. Fungsinya persis sama, hanya
cara kerjanya berbeda. CCD memberikan beberapa keuntungan, bentuknya lebih
kecil dan ringan sehingga kamera bisa dirancang lebih praktis dan ringan dari
pada kamera tabung.
(5) Viewfinder
Viewfinder
adalah jendela pengamat dimana kita bisa melihat obyek-obyek yang masuk ke
dalam kamera. Viewfinder dengan ukuran 1 – 6 inch merupakan sebuah pesawat
televisi hitam putih kecil yang berfungsi mengubah sinyal video kembali menjadi
gambar yang bisa dilihat.
Juru kamera
bisa menggunakan viewfinder ini untuk mengatur framing, menyusun komposisi dan
memfokuskan gambar. Dalam produksi multikamera pada viewfinder kita bisa
menyaksikan hasil gambar yang sedang on air atau masuk program pada switcher di
kontrol room dengan menekan tombol return video, sehingga kita bisa melihat
bagaimana adegan yang sedang kita rekam dicampur adegan darikamera lain dengan
efek khusus. Di bagian dalam viewfinder dilengkapi dengan lampu-lampu indikator
atau display tulisan yang menginformasikan white balance, low light (kurang
sinar), on recording, baterai atau kaset yang nyaris habis. Pada viewfinder
bagian depan terdapat lampu merah kecil yang dinamakan tally light, lampu ini
menyala apabila kamera sedang record atau on air.
2) Gerakan
Kamera
a) Pan, Panning
Pan adalah
gerakan kamera secara horisontal (mendatar) dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
Pan right (kamera bergerak memutar ke kanan) Pan left (kamera bergerak memutar
kekiri)
Gerakan pan
biasanya dilakukan untuk mengikuti gerakan subyek (orang yang sedang berjalan),
mempertunjukkan suatu pemandangan yang luas secara menyeluruh. Gerakan pan
secara pelan menimbulkan perasaan menanti. Kadang-kadang panning cepat atau
swish pan dilakukan untuk menghubungkan dua peristiwa yang terjadi di dua
tempat. Jangan melakukan panning tanpa maksud tertentu. Sebelum melakukan
panning hendaknya terlebih dahulu menentukan titik awal dan titik akhir dari
shot (adegan) yang akan direkam. Apabila kita mengikuti gerak seseorang yang
sedang berjalan (follow camera) berilah ruang kosong yang lebih longgar di
depannya. Ruangan kosong ini dinamakan leading space.
b) Tilt,
Tilting
Tilting adalah
gerakan kamera secara vertikal, mendongak dari bawah ke atas atau sebaliknya.
Tilt Up – mendongak ke atas Tilt Down – menunduk ke bawah Gerakan tilt
dilakukan untuk mengikuti gerakan obyek (peluncuran balon, pesawat take off dan
sebagainya), untuk menciptakan efek dramatis, mempertajam situasi. Seperti
halnya dengan gerakan panning, alangkah baiknya apabila ditentukan dulu titik
awal dan titik akhir shot.
c) Dolly, Track
Dolly atau
track adalah gerakan kamera diatas tripod atau dolly mendekati atau menjauhi
subyek. Dolly In – mendekati subyek Dolly Out – menjauhi subyek
d) Pedestal
Pedestal adalah
gerakan kamera di atas pedestal yang bisa di naik turunkan. Sekarang ini
kebanyakan menggunakan Porta-Jib traveller.
Pedestal Up :
kamera dinaikkan
Pedestal Down:
kamera diturunkan
Dengan
menggunakan teknik pedestal up/down kita bisa menghasilkan perubahan perspektif
visual dari adegan.
e) Crab
Gerakan
kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subyek yang
sedang bergerak. Crab left (bergerak ke kiri), Crab right (bergerak ke kanan)
Dibaca hingga paham semua, di bidang apa yang kita
mampu,semua harus paham tentang film jika ingin masuk dunia film,
INDONESIA CREATIF FILM
UBAY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar