LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN FILM

LANGKAH PEMBUATAN FILM

Minggu, 29 November 2015



INDONESIA CREATIVE FILM
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN FILM



Penyiaran TV (Lanjutan1)
1. Pustaka Program. Pustaka program adalah berbagai program hasil produksi sendiri maupun dari hasil pembelian dalam bentuk kaset, tape,cd, film dan sebagainya yang telah atau akan disiarkan perlu diadministrasikan dan disimpan dengan baik di dalam ruang perpustakaan audio visual. Biasanya hasil produksi program (master) digandakan beberapa copy kebentuk sesuai dengan perangkat playernya. Perpustakaan mendapat satu copy dengan informasi yang lengkap seperti judul, ditayangkan hari tanggal tahun jam dan durasinya, termasuk artis dan kerabat kerjanya sehingga menjadi media yang informatif. Data tersebut dibukukan dan diberi nomor dan didaftar pada katalog, sehingga akan lebih memudahkan pencarian bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Berikut ini contoh berbagai program yang disimpan di perpustakaan.

Audio musik

2. Pustaka Musik dan Sound Efek. Disamping hasil produksi, untuk keperluan produksi diperlukan materi pendukung berbagai
musik untuk backsound maupun sound efek. Oleh karena itu perpustakaan perlu melengkapi pustaka musik berbagai jenis
seperti musik tradisional, klasik, jazz, pop dan sebagainya. Atau musik hasil ciptaan sendiri (penata suara) dan musik-musik
yang pernah digunakan untuk mendukung produksi program perlu penyimpanan dan pengadministrasian dengan baik. Biasanya jenis musik yang digunakan dalam produksi adalah jenis instrumentalia. Demikian pula berbagai jenis sound efek
seperti suara angin, hujan, petir, berbagai suara binatang, suara orang berjalan, membuka pintu, tepuk tangan dan sebagainya, perpustakaan perlu memiliki koleksi sehingga memudahkan bila sewaktu-waktu producer membutuhkan.

3. Bank Gambar. Yang dimaksud dengan bank gambar adalah kumpulan dari materi produksi hasil shoting. Setelah produksi
selesai maka gambar-gambar hasil shoting dikumpulkan dan diberi identitas dan informasi yang lengkap. Gambar-gambar ini
bermanfaat untuk produksi revisi ataupun bisa dimanfaatkan untuk memproduksi program baru dengan tinjauan maupun tema yang berbeda. Disamping disimpan untuk keperluan arsip/dokumen yang kemungkinan sewaktu-waktu diperlukan.



4. Buku referensi. Buku-buku referensi juga sangat diperlukan terutama para produser dan penulis naskah untuk merencanakan suatu program. Oleh karena itu perpustakaan perlu memiliki koleksi buku referensi yang lengkap, untuk mempermudah produser dan penulis naskah dalam mendapatkan buku acuan atas naskah yang dibuatnya.



K. Produksi Program TV
Produksi program TV memerlukan pemikiran serius dari seorang produser, karena produser adalah orang yang paling bertanggung jawab atas produksi program. Terdapat beberapa hal yang harus dipikirkan atau direncanakan oleh seorang producer untuk produksi program TV yaitu : materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi. Materi Produksi adalah apasaja yang mampu menggugah ide seperti kejadian, peristiwa, pengalaman, karyacipta, binatang, hutan dan sebagainya. Seorang producer akan tersentuh pikirannya dan akan merangsang untuk beride untuk menciptakan sesuatu program Tv. Ide atau gagasan tersebut diubah menjadi tema program dokumenter atau sinetron atau program yang lainnya. Dari tema muncullah konsep program tersebut diwujudkan menjadi sinopsis yang menceriterakan kejadian secara singkat tetapi menyeluruh. Dari sinopsis dibuat treatment yang memuat langkahlangkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi suatu program. Dari treatment diciptakan/ditulis naskah/script atau langsung diproduksi. Sebenarnya dari treatment telah nampak apakah
program yang akan dibuat bermutu/berbobot atau tidak. Oleh karena itu perlu penyempurnaan konsep program sehingga
menghasilkan naskah program yang baik. Kriteria program yang baik menurut NHK adalah: Kesatuan antara gagasan dan kebenaran, Kesatuan antara kemampuan daya cipta dan kemampuan teknis, relevan untuk setiap masa, memiliki tujuan yang jelas dan luhur, mendorong kemauan belajar dan mengetahui, mereduksi nafsu dan kekerasan, keaslian, menyajikan nilai-nilai universal,menyajikan suatu yang baru dalam gagasan format dansajian, serta memiliki kekuatan mendorong perubahan yang positip. Program yang akan diproduksi dikelompokkan menjadi dua yaitu program adlib yaitu program yang diproduksi tanpa/tidak perlu menggunakan naskah karena tidak mungkin ditulis dan produksi program sistim bloking yaitu produksi program yang menggunakan naskah/script. Contoh progaram yang tanpa naskah seperti wawancara, talkshow secara langsung dan mungkin seorang pelawak tidak mungkin/sulit untuk menghafalkan naskah.

1. Sarana, Biaya, Organisasi dan Tahapan Pelaksanaan Produksi
a. Sarana (Peralatan dan bahan) Produksi
Peralatan produksi program TV dikelompok peralatan utama yaitu : peralatan perekam gambar, perekam suara dan peralatan pencahayaan. Peralatan produksi di dalam studio sudah dipasang/diinstal tetap di dalam ruang studio pengambilan gambar/shoting dan ruang pengendali. Peralatan-peralatan tersebut adalah sebagai berikut. Peralatan yang ada di arena shoting yaitu :
1) Kamera TV/Video sebanyak 2 – 4 buah
2) Perlengkapan Kamera : Tripot, dolly, headpon, kabel kamera
3) Lampu : Lampu studio, lampu stand, lampu spot
4) Micropon
Peralatan di ruang pengendali yaitu :
1) Mixer Video
2) Switcher Video
3) VTR atau VCR
4) Mixer audio, amplifier, tape dack, equalizer, Speaker headpon
5) Switcher lampu studio
6) Peralatan Sumber Video : VCD/DVD Player, VTR/Telecine
7) Sumber audio : computer, Pick Up (turntable), Tape/kaset recorder

Peralatan-peralatan tersebut adalah yang diperlukan untuk produksi di dalam studio. Biasanya sudah dipasang/ diinstal tetap. Untuk keperluan produksi di luar studio biasanya menggunakan peralatan yang portable karena mudah dibawa ke mana-mana. Pada prinsipnya peralalatan yang digunakan untuk produksi/shoting di luar studio adalah sama dengan di dalam studio. Bahan Produksi adalah material perangkat lunak yang dipakai produksi. Misalnya tape/kaset video dari berbagai jenis sesuai dengan peralatan /kamera yang digunakan; kaset/tape audio; bolam lampu sesuai dengan jenis lampu
yang digunakan; bateray sesuai dengan jenis peralatan yang menggunakan bateray, CDR/CDRW dan sebagainya.



Pertimbangan jenis dan banyaknya peralatan tergantung format program yang akan diproduksi, apakah akan/bisa diproduksi di dalam studio atau harus di luar studio, apakah dikejar waktu atau ada tenggang waktu. Oleh karena itu demi tertibnya administrasi penggunaan barang/peralatan dan juga dapat digunakan ceking sehingga tidak ada peralatan yang tidak terbawa, maka setiap produksi harus mengisi daftar peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Format kebutuhan/penggunaan peralatan adalah sebagai berikut.



b. Biaya Produksi
Seorang produser harus membuat dan mengajukan proposal rencana anggaran biaya produksi program yang akan dikerjakan kepada stasiun penyiaran (menager Program). Dalam merencanakan anggaran biaya produksi ada dua pendekatan yaitu budget/financial oriented dan quality oriented. Financial oriented. Perencanaan anggaran berdasarkan
pada kemungkinan keuangan yang ada. Bila keuangan terbatas, maka tuntutan kebutuhan tertentu harus dibatasi. Misalnya lokasi shoting di dalam kota tidak perlu ke luar kota, artis kelas dua atau kelas tiga yang tidak terlalu mahal, penginapan dan waktu shoting dipersingkat, konsumsi yang tidak terlalu mewah dan sebagainya. Semua tergantung anggaran yang ada. Quality Oriented. Perencanaan biaya produksi berdasarkan tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Berarti dalam hal ini tidak ada masalah keuangan. Dengan demikian produser dapat mengajukan anggaran seideal mungkin agar bisa mempertahankan/mencapai kualitas produksi yang maksimal. Produksi semacam ini disebut dengan produksi prestige yaitu produksi yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan financial dan nama perusahaan. Artinya hasil produksi tersebut layak jual. Disamping itu juga memiliki nilai dan manfaat bagi masyarakat. Biasanya dalam merencanakan anggaran disamping dituntut kualitas juga harus melihat budget yang ada. Oleh karena itu bisa diambil jalan tengah yaitu dengan dua pendekatan secara simultan. Dalam hal ini seorang produser harus bisa mengidentifikasi hal-hal yang perlu dibiayai atau bagian apa yang bisa ditekan tanpa mengurangi kualitas produksi. Berarti merencanakan anggaran seefektif dan seefisien mungkin. Berikut ini merupakan contoh kegiatan atau pokokpokok yang memerlukan biaya sebagai bahan membuat rencana anggaran sebagai berikut.

1) Peralatan Lokasi Shoting
Kamera : Rp. ……………………………….
Recorder: Rp. ……………………………….
Kaset/Tape: Rp. ……………………………….
Audio : Rp. ……………………………….
Lampu: Rp. ……………………………….
Perlengkapan : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

2) Sewa Lokasi
Lokasi 1 : Rp. ……………………………….
Lokasi 2 : Rp. ……………………………….
Lokasi 3, dst : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

3) Setting
Grafik : Rp. ……………………………….
Dekorasi : Rp. ……………………………….
Visual, dst : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

4) Transportasi
Sewa mobil : Rp. ……………………………….
Bensin/solar : Rp. ……………………………….
Parkir : Rp. ……………………………….
Tiket pesawat : Rp. ……………………………….
Jalan tol : Rp. ……………………………….
Lain-lain : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

5) Akomodasi 10 hari shoting
Hotel 1 /hari x 10 : Rp. ……………………………….
Hotel 2 /hari x 10 : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

6) Konsumsi 10 hari shoting
Artis 15 orang : Rp. ……………………………….
Crew 20 orang : Rp. ……………………………….
Staf prod. 7 orang : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

7) Property
Sewa meja kursi : Rp. ……………………………….
Almari kuno : Rp. ……………………………….
Senapan : Rp. ……………………………….
Lain-lain : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

8) Kerabat kerja
Kamerawan 1 : Rp. ……………………………….
Kamerawan 2 : Rp. ……………………………….
Audioman : Rp. ……………………………….
Lightman : Rp. ……………………………….
Kerabat kerja : Rp. ……………………………….
Tambahan : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

9) Editing dan Mixing
Fasilitas editing : Rp. ……………………………….
Kerabat kerja : Rp. ……………………………….
Bahan : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

10) Musik : Rp. ……………………………….
Komponis : Rp. ……………………………….
Rekaman : Rp. ……………………………….
Peralatan musik : Rp. ……………………………….
Bahan : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

11) Administrasi
Telepon : Rp. ……………………………….
Fax : Rp. ……………………………….
Fotocopy : Rp. ……………………………….
Stationary : Rp. ……………………………….
Petugas : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

12) Artis
Peran kelas 1, 3 orang : Rp. ……………………………….
Peran kelas 2, 4 orang : Rp. ……………………………….
Peran kelas 3, 3 orang : Rp. ……………………………….
Figuran : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

13). Kostum
Pembelian : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

14). Tata Rias
Kosmetik : Rp. ……………………………….
Salon : Rp. ……………………………….
TOTAL : Rp. ……………………………….

15). Biaya tak terduga : Rp. ……………………………….
16). Pajak : Rp. ……………………………….
TOTAL ANGGARAN : Rp. ……………………………….

c. Organisasi Pelaksanaan Produksi
Agar produksi berjalan lancar dan sukses produser perlu menunjuk pembantu-pembantunya untuk menangani pekerjaan produksi program TV. Karena banyaknya jenis program yang membutuhkan keahlian yang bermacammacam, maka seorang produser tidak mungkin untuk menangani sendiri. Oleh karena itu perlu dibentuk organisasi produksi. Suatu produksi program TV melibatkan banyak orang misalnya artis, crew, dan fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, aparat setempat dimana shoting dilakukan, dan pejabat terkait dengan perijinan. Organisasi pelaksanaan disusun dengan rapi dengan memperhatikan kualifikasi kemampuan. Produser pelaksana mengkoordinir bendahara dan juru bayar, sekretariat yang mengurus surat menyurat dan perijinan. Organisasi lapangan diserahkan kepada seorang unit manager yang mengkoordinasikan pekerjaan dari sisi organisasi dan artiskik. Berarti manager unit menjadi penghubung antara unit organisasi dibawah sekretariat dan unit artistik dibawah sutradara. Bidang yang langsung di bawah koordinasi manager pelaksana unit adalah perijinan, transportasi, konsumsi,dan akomodasi. Sedangkan lokasi, seting/dekorasi, properti, kostum dan make up dan pelaksana lapangan berada dibawah koordinasi unit manager, tetapi pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan artistik dibawh koordinasi seorang art director atau art designer. Sutradara dalam bekerja dibantu oleh art director dan kamerawan yang mengkoordinasikan pekerjaan yang ditangani oleh penata cahaya dan penata sound. Sutradara
merupakan orang yang bertanggung jawab penuh produksi dan bertanggungjawab kepada produser. Agar organisasi dapat bekerja dengan baik dan untuk keperluan pengawasan perlu adanya daftar kerabat kerja sebagai berikut.

1) Sutradara : …………………………………………..
Asisten sutradara : ……………………………………..
2) Kamerawan : …………………………………..
Asisten Kamerawan : …………………………………..
Pembawa kabel : …………………………………..
Penata cahaya : …………………………………..
Asisten penata cahaya : ………………………………..
Pengatur lampu : …………………………………..
3) Penata Suara : …………………………………..
Asisten penata suara : …………………………………..
Pengatur Mic : …………………………………..
4) Penanggung jawab teknik: ……………………………..
Asisten penanggung jawab teknik: …………………….
5) Penata artistik (Art Director) : …………………………
Asisten penata artistik : ………………………………..
Pekerja penata artistik : ……………………………….
6) Penata Pakaian (Coctum Director) : …………………..
Asisten penata pakaian : ………………………………
Pekerja penata pakaian: ………………………………
7) Perancang Kostum : …………………………………..
8) Penata rias : …………………………………..
Asisten penata rias : …………………………………..
Pekerja penata rias : …………………………………..
9) VCR operator : …………………………………..
10) Pencatat shoting (scriptman) : ………………………..
11) Unit Manager : ………………………………….
Asisten Unit Manager : ………………………………….
12) Pembantu produksi : ……………………………………
13) Pekerja perlengkapan : …………………………………
beberapa orang sesuai dengan kebutuhan
14) Sopir : …………………………………..
15) Pelayanan umum (menyiapkan konsumsi) : …………..

Struktur organisasi pelaksanaan produksi program TV adalah sebagai berikut



d. Pentahapan Pelaksanaan Produksi.
Sesuai SOP (Standard Operation Procedure) Pelaksanaan produksi program TV diatur/ dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut
1) Pra Produksi. Yang terdiri dari kegiatan ide, perencanaan dan persiapan
2) Pelaksanaan Produksi
3) Pasca Produksi yang terdiri dari penyelesaian dan penayangan produksi.

1) Pra Produksi (Perencanaan dan Persiapan).
Tahapan ini terdiri tiga tahap yaitu Penemuan Ide, Perencanaan dan tahap persiapan. Tahap Penemuan ide. Dimulai ketika produser menemukan gagasan lalu mengadakan riset dan menulis naskah sendiri atau memberikan tugas kepada script writer untuk mengembangkan gagasan menjadi naskah hasil riset. Tahap Perencanaan. Meliputi penetapan jangka
waktu produksi dengan merencanakan jadwal kerja, penyempurnaan naskah, pemilihan artis, penetapan lokasi, dan crew. Di samping itu juga merencanakan anggaran biaya produksi yang didalamnya termasuk estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi penggunaan biaya. Tahap persiapan. Tahap ini meliputi kegiatan mengkoordinasikan sumber-sumber produksi diantaranya mengidentifikasi booking dan pemberesan semua kontrak, perijinan, dan surat menyurat. Memesan
sumber daya dalam produksi, Latihan artis, pembuatan seting, ceking dan melengkapi peralatan. Pada tahap persiapan ini juga harus merencanakan pengaturan kebutuhan transportasi baik untuk pengangkutan bahan dan peralatan produksi maupun pengangkutan crew, artis dan pimpinan produksi dari dan ke lokasi shoting. Tahap ini dilaksanakan sesuai scedule yang telah ditetapkan.

2) Tahap Produksi.
Tahap ini dimulai setelah perencanaan dan persiapan sudah selesai. Diharapkan sesuai dengan scedule yang telah ditetapkan. Sutradara bekerjasama dengan artis dan crew membuat shoting scrip yaitu menterjemahkan naskah menjadi naskah produksi sehingga menjadi susunan gambar-gambar yang mampu bercerita. Shoting script ini akan dipakai panduan bagi semua kerabat kerja termasuk para artis dan khususnya bagi kamerawan. Sutradara akan membuat daftar shot
(shot list) dari setiap adegan (scene), karena sutradaralah yang menetapkan jenis shot yang akan diambil. Tetapi kadang-kadang juga memberi kebebasan kamerawan untuk berkreasi menentukannya. Satu kalimat dari naskah dapat diwujudkan menjadi beberapa shot yang berurutan. Penata cahaya melakukan tugasnya agar gambar tidak terlalu kontras atau juga sellouet, ada bayangan yang sangat mengganggu gambar atau situasinya berubah karena pencahayaan yang tidak tepat
dan sebagainya. Oleh karena itu banyaknya sinar/cahaya yang dibutuhkan kamera sangat diperhitungkan jangan terlalu banyak dan jangan sampai kurang. Demikian pula arah cahaya yang jangan sampai menentang kamera. Hal itu semua harus dipikirkan oleh seorang penata cahaya. Penata sound/suara juga bertanggung jawab menempatkan posisi mic sehingga suara artis jelas dan logis, volume sesuai dengan situasi yang diharapkan naskah. Suara gangguan seperti angin dan suara
lingkungan yang tidak diharapkan perlu dihindari/ dihilangkan. Dan yang penting jangan sampai mic kelihatan oleh kamera (kecuali penyanyi pada konser misalnya). Oleh karena itu mic dilengkapi dengan stand yang bisa diangkat dan diarahkan diluar jangkauan kamera. Semua shot harus dicatat dan diberi kode waktu (time code) sesuai nomer yang ada pada pita VCR untuk memberi petunjuk pada editor agar bisa mencari setiap shot dengan cepat. Setelah shoting, hasil shoting harus
diperiksa apakah ada kesalahan, bagaimana kualitas gambarnya, suaranya dan sebagainya. Apabila terdapat kekliruan atau kualitas gambarnya kurang baik maka shot tersebut harus diulangi. Sudah biasa dalam produksi satu adegan diulang-ulang untuk mendapatkan hasil gambar yang terbaik. Setelah semua shot dilaksanakan dan tidak ada kesalahan, maka master shotnya atau juga disebut original material/ row foot age dibuat catatannya (logging) untuk kemudian diserahkan kepada editor.

3) Tahap pasca produksi.
Tahapan ini ada tiga langkah yaitu editing off line, editing on line dan mixing. Proses editing ada dua macam sesuai peralatannya yaitu editing analog dan digital atau nonlinier dengan perangkat komputer editing. Editing off line analog/linier. Di dalam loggimg semua hasil shoting telah diberi tanda (time code) yaitu nomor kode berupa digit frame, detik, menit dan jam dimunculkan dalam gambar. Hasil pengambilan setiap shot telah dicatat oleh scriptman/girl. Berdasarkan catatan tersebut, Sutradara akan melakukan editing off line yaitu aditing kasar dengan copy video VHS sesuai dengan gagasan dalam synopsis dan treatmen. Materi shoting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Setelah selesai lalu
hasilnya dilihat secara cermat dalam screening. Apabila masih belum memuaskan perlu ditambah atau diedit lagi
sampai hasilnya memuaskan. Setelah editing off line selesai lalu membuat editing script atau naskah editing yang didalamnya sudah dilengkapi dengan narasi, ilustrasi musik. Format naskah editing sama dengan format naskah scenario,
tetapi sudah dilengkapi dengan logging untuk mempermudah editor melakukan editing. Selanjutnya hasil shoting asli dan naskah editing diserahkan kepada editor untuk dilakukan editing on line menggunakan pita betacam yaitu yang memiliki kualitas standard broadcast. Pita VHS hasil editing off line digunakan editor sebagai panduan editing on line. Editing on line analog. Berdasarkan naskah editing editor melakukan editing hasil shoting asli. Sambungansambungan setiap shot dan setiap adegan (scene) dibuat persis/tepat berdasarkan time kode dalam naskah editing. Sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna sehingga tidak saling interferensi/menggangu agar enak didengar. Dengan demikian editing on line sudah selesai dan hasilnya masuk pada proses mixing. Mixing Adalah pencampuran antara gambar dan
suara. Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam lalu dimasukkan kedalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk yang ada dalam naskah editing. Keseimbangan antara suara asli, narasai, ilustrasi musik dan sound efek sangat diperhatikan agar serasi dan harmonis dan terdengar dengan jelas. Misalnya pada waktu diperlukan suara
narasi, maka suara lainnya menjadi backsound maka volumenya harus dikurangi. Demikian pula bila yang diperlukan suara asli maka yang lain volumenya dikurangi. Suara backsound adalah 1/3 dari suara normal. Setelah proses mixing selesai maka proses produksi sudah selesai dan tinggal mengadakan preview bila mungkin ada saran-saran perbaikan. Selanjutnya
program siap ditayangkan/disiarkan ke public. Editing off line digital (non linier). Pada prinsipnya editing off line digital prosesnya sama dengan analog, hanya untuk editing digital menggunakan bantuan peralatan computer editing yang memiliki
fasilitas editing seperti pinecle studio, matrox, canupus dengan program aplikasi juga bermacam-macam seperti adobe premier, ulied, three Dmax, After effect dan sebagainya. Juga program animasi grafis yang bermacam-macam pula. Semua itu akan memudahkan pekerjaan seorang editor dan biasanya editor akan menggunakan berbagai program sesuai dengan menyambung antara shot yang satu dengan yang lain, bila tidak cermat maka akan kelihatan jumping. Tetapi dalam proses digital pada setiap sambungan tinggal menambahi program transisi yang sudah teredia secara instant tinggal pilih jenisnya. Seperti ini tidak bisa dikerjakan pada proses analog. Tahap pertama yang dilakukan adalah capturing/digitalisasi hasil shoting yang masih analog dicapture melalui capture card diubah menjadi file data digital lalu bisa disimpan dalam harddisk dan setiap saat bisa dipanggil kembali bila diperlukan. Tahap kedua adalah editing off line yaitu menyusun hasil shot sesuai
dengan keinginan / gagasan sutradara sesuai synopsis dan treatment. Urutan penyusunan tidak harus seperti editing analog, karena computer bisa mulai dari mana saja, dari tengah, akhir maupun dari awal.File yang cukup besar bisa dipecah-pecah menjadi beberapa file, sehingga bisa lebih konsentrasi. Setelah diurutkan menjadi satu lalu di tambah efek transisi pada setiap sambungan selanjutkan di “render” untuk fixing file. Setelah itu file dapat dilihat secara utuh dan dapat dilakukan screening untuk cek ulang bila mungkin ada kekurangan/kesalahan bisa disempurnakan. Setelah semua memuaskan maka editing off line selesai dan siap dilakukan editing on line. Editing on line digital (non linier). Tahap ini
merupakan kelanjutan editing off line yang dilakukan editor dengan program computer. Yaitu menyempurnakan hasil editing off line, memasukan dan menata suara asli, ilustrasi musik, sound efek kedalam file gambar pada trak yang berbeda-beda sehingga gambar yang sudah ditata tidak akan terganggu. Berarti sekaligus masuk tahap mixing. Setelah hasilnya sempurna dan memuaskan selanjutnya dilakukan pengubahan format yang sesuai dengan player yang akan digunakan (VCD, DVD, Video dan sebagainya). Selanjutnya program ditransfer ke format pita betacam SP atau pita standard broadcast lainnya untuk ditayangkan melalui penyiaran TV. Berarti proses editing selesai, mungkin bisa dilanjutkan untuk pembuatan cover, pembakaran ke CD bila dikehendaki. Perlu diketahui pula dalam produksi program TV, bahwa durasi harus disesuaikan dengan format waktu atau frame/slot yang sudah ditetapkan. Yaitu 30 menit atau 60 menit sudah termasuk iklan komersial/layanan masyarakat. Untuk slot 30 menit durasi efektif adalah 24 menit. Untuk slot 60 menit durasi efektif 48 menit dan
sisanya disediakan untuk iklan (comersial break). Hal ini penting supaya tidak ada pemotongan program sewaktu diadakan penyiaran program.

2. Penulisan Naskah Program TV
Dengan makin banyaknya stasiun televisi di Indonesia, menumbuhkan pula industri dibidang produksi pertelevisian atau yg dikenal dengan rumah produksi (production house =PH). Produksi program video dan juga program TV dapat dikerjakan
dari yang sederhana sampai dengan menggunakan peralatan dan tehnik canggih. Sebuah produksi video/TV memerlukan
pengelolaan yang rumit meliputi: pra produksi; konsep, ide/gagasan, survey, naskah/story board, anggaran; produksi;
peralatan, kru, pengambilan gambar; pos produksi; editing dan penggadaan, namun demikian tiga pilar utama yang utama,
yaitu : penulisan naskah produksi, Penggunaan kamera, dan editing, untuk dapat mewujudkan sebuah produksi.
Penulisan Naskah untuk film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah scenario (scenario). Skenario merupakan
bentuk tertulis dari gagasan atau ide yang menyangkut penggabungan antara gambar dan suara, dimaksudkan sebagai
pedoman dalam pembuatan film, sinetron atau program televisi. Beberapa pakar sinematografi mengemukakan bahwa
scenario itu menjadi jiwa dan darah dalam produksi film atau cerita televisi. Urutan langkah atau pentahapan dalam penyusunan naskah scenario video

a. Persiapan Menulis naskah/ Teks / Narasi
Yang harus dipersiapkan dalam menulis naskah, teks maupun narasi pada program TV adalah menemukan ide atau gagasan. Setelah ide ditemukan, seorang penulis naskah sangat perlu mempelajari substansi atau isi dari sumber-sumber yang terkait dengan substansinya, sehingga benar-benar memahami apa yang akan ditulis. Selanjutnya akan ditulis dalam bentuk apa, menjadi format program TV yang mana. Setelah ditetapkan format program yang dipilih maka baru berpikir bagaimana menulisnya. Untuk penulisan teks dapat diawali dengan penulisan kerangka tulisan (outline). Sedangkan untuk penulisan narasi dapat dilakukan menulis rencana gambaran visual yang akan diberi narasinya. Dalam hal ini narasi akan lebih memberikan penjelasan gambaran visual yang ditayangkan pada TV. Narasi bisa berbentuk life dari pemeran ataupun dubing
oleh pengisi suara. Dapat juga disuarakan oleh narator maupun presenter. Sebelum menulis naskah untuk panduan produksi ditulis, biasanya didahului dengan membuat synopsis, dan Treatment

1) Sinopsis
Gambaran secara ringkas dan tepat tentang tema atau
pokok materi yang akan dikerjakan. Tujuan utama ialah memudahkan pemesan (produsen) menangkap konsep, kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai. Setelah synopsis ditulis maka sudah harus nampak adanya: alur, isi cerita, Perwatakan pemain (bila ada), tempat, waktu, serta keterangan lain yang memperjelas synopsis.

2) Treatment
Uraian ringkas secara deskriptif, bukan tematis, yang dikembangkan dari synopsis dengan bahasa visual tentang suatu episode cerita, atau ringkasan dari rangkaian suatu peristiwa. Artinya dalam membuat treatment bahasa yang digunakan adalah bahasa visual. Sehingga apa yang dibaca dapat memberikan gambaran mengenai apa yang akan dilihat. Dengan membaca treatment bentuk program yang akan dibuat sudah dapat dibayangkan. Sehingga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a) urutan dalam video sudah makin jelas,
b) Sudah kelihatan formatnya apakah dialog (bagaiamana pokok dialognya), narasi (bagaimana pokok narasinya),
c) Sudah dimulai adanya petunjuk-petunjuk tehnis yang diperlukan.

3) Skenario
Dari treatment kemudian dibuat naskah produksi atau scenario. Penulisan naskah produksi atau scenario harus operasional karena digunakan sebagai panduan tidak saja kerabat kerja (crew) tetapi juga pemain dan pendukung lain yang terlibat. Penulisan naskah atau scenario pada dasarnya menggambarkan sekaligus menyuarakan apa yang ingin disampaikan. Urutan synopsis-tritmen-skenario merupakan rangkaian yang baik untuk membuat naskah video (televisi), Baker (1981) mengemukakan juga pentahapan dalam membuat naskah, yaitu : concept, story board, dan script. Setidaknya ada dua format naskah untuk penulisan naskah TV/video, yaitu double colum, dan wide margin

a) Format kolom ganda (double colum).
Format ini lazim digunakan untuk menulis naskah informasi, dokumentasi, pendidikan. Format kolom ganda, lembar kertas dibagi menjadi dua kolom utama, yaitu kolom visual (kiri) dan kolom audio (kanan). Pada kolom kiri berisi uraian yang menyangkut visual. Misal gambar harus dimabil dengan CU, kemudian zoom out, atau keterangan lain bagi kru kamera, termasuk siapa subyeknya, diambil dari mana, beberapa waktu lamanya pengambilan, dll. Kolom kanan berisi segala sesuatu yang menyangkut audio yang berupa narasi, dialog para pelaku atau efek-efek suara lain yang diperlukan. Untuk memudahkan narator atau juru suara (sound man) maka dalam menulis kolom kanan, semua informasi yang tidak akan dibaca (disuarakan) ditulis dengan huruf capital. Sedang narasi atau dialog yang akan dibaca atau disuarakan ditulis dengan huruf kecil.



b) Format Wide Margin
Format ini lebih lazim dipakai dalam cerita film atau sinetron. Sinetron Aku cinta Indonesia (ACI) naskahnya distulis dalam format Wide Margin. Dengan format wide margin tiap adegan ( kumpulan dari beberapa shot-scene) diuraikan atau
dijelaskan dengan bahasa visual. Petunjuk dialog diketik dua spasi ditengah, sedang apa yang akan nampak (visual) dijelaskan dalam bentuk paragraf . Dialog biasanya diketik biasa, semua penjelasan untuk camerawan pengambilan gambar, ditulis dalam huruf capital. Penjelasan untuk tingkah laku pemain ditulis dalam tanda kurung dengan huruf capital pula.
Urutan penulisannya sebagai berikut
(1) Pertama kali ditulis : adegan (scene) ke….
(2) Gambar diambil dengan tehnik apa, misalnya : F.1, DISSOLVE, IN FRAME.
(3) Gambaran visual yang akan nampak
(4) Dialog

Contoh Format wide margin sebagai berikut.
ADEGAN 1
FADE IN (F.1)
EXRTERNAL KAMPUS – PAGI
(kemudian dijelaskan bagaimana pengambilan dari arah mana, apa saja yang nampak, tetapi jangan terlalu banyak memberi
aba-aba kepada juru kamera karena nanti ada sutradara/pengarah acara)
KRISNA (JALAN TERGESA-GESA MENUJU GERBANG KAMPUS)
SANTI(BERDIRI MENUNGGU KRISNA)“hai krisna, ada apa sih kok buru-buru amat”
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini ditulis kembali satu adegan dari serial ACI (di TVRI) dengan judul : “Panggilan Hatinya” yang ditulis oleh Djasman Djakmin.


ADEGAN 10
INTR.SMA NEGERI (R,KLAS IIa2.2)-PAGI
BU WIDYA DUDUK DIKURSI GURU MENGHADAPI SISWA-SISWANYA. DIA BARU SAJA SELESAI MENGABSEN NAMA-NAMA SISWA.
BU WIDYA: Jadi hanya asti yang belum masuk hari ini
Hani: Iya, Bu,
BU WIDYA SETELAH MENULIS KEMUDIAN MEMANDANG HANI
BU WIDYA: Kenapa dia, apakah sakit ?
RINA : (MENDAHULUI) anu bu, katanya mau pindah sekolah, katanya biar dapat masuk kelas A1
HANI MENOLEH KEARAH RINA SAMBIL MENDENGUS KESAL.RINA JADI SERBA SALAH BU WIDYA MEMPERHATIKAN MEREKA DENGAN PENGERTIAN. PADA SAAT YANG SAMA KELAS JADI GADUH DENGAN BERBAGAI KOMENTAR ATAS UCAPAN RINA
DIANTARANYA BISMAR YANG PALING VOKAL.
BISMAR: Ah, memang payah Bu, kemungkinannya kecil kali
BU WIDYA:PANDANG MENCARI-CARI, siapa yang bicara itu, kamu ya bismar
FERDI: Betul bu
BU WIDYA: Coba bismar kamu ke depan.
BISMAR MAJU KE DEPAN SAMBIL MEMUKULKAN BUKU KEPUNDAK FERDI, TETAPI FERDI MENGELAK. DAN BISMAR TERUS MAJU KE DEPAN SAMBIL DIIRINGI TAWA RIUH TEMANNYA………..dan seterusnya.
Dengan format seperti ini maka pengarah acara (sutradara) dan camerawan diberi kebebasan untuk berimprovisasi dalam pengambilan gambarnya, sesuai dengan keadaan yang diinginkan.

b. Menilai Naskah/Teks/Narasi
Setelah naskah/teks/narasi ditulis, maka perlu ada evaluasi atau penilaian dari produser, sebelum naskah tersebut diproduksi menjadi program TV. Penilaian teks akan menggunakan kriteria apakah telah menggunakan kaidah penulisan dan penggunaan bahasa yang benar serta keterbacaannya.. Sedangkan untuk penilaian narasi akan lebih menggunakan bahasa sehari-hari (tutur)sesuai karakter tokoh. Apakah sudah komunikatip, shg mampu menjelaskan atau dipahami penonton.
Demikian pula untuk menilai naskah/script yang akan diproduksi disamping dengan kriteria penulisan naskah harus ditaati juga akan dinilai kelayakan produksinya, apakah setelah diproduksi akan memiliki tingkat manfaat yang tinggi, memiliki daya tarik, apakah dapat diproduksi secara teknik, biaya produksi mahal atau tidak dan sebagainya.

c. Mengedit Naskah/Teks/Narasi
Setelah naskah/teks/narasi dinilai penulis naskah akan melakukan editing, mengedit sesuai saran, masukan dari produser. Untuk editing naskah program TV akan dilakukan sekaligus dalam bentuk naskah produksi yang di dalamnya telah terdapat petunjuk/perintah bagi kamerawan tentang teknik shoting dan obyek shoting. Petunjuk/perintah bagi narator/presenter dalam membacakan narasi, durasi setiap scene dan sebagainya. Naskah ini selanjutnya digunakan sebagai panduan produksi.

3. Produksi Program TV

a. Program Seni Budaya dan Hiburan Pop
Tata laksana produksi Program Seni dan budaya serta program hiburan adalah sebagai berikut:
Tahap perencanaan. Produser atau sutradara melakukan riset untuk membuat program seni budaya menjadi program TV. Dalam hal ini produser harus tahu betul tentang materi produksi. Setelah mengetahui banyak hal berdasarkan hasil riset produser membuat konsep
perencanaan produksi yang jelas bagi sutradara, dan crew yang akan melaksanakan produksi. Akonsep perencanaan berupa naskah. Naskah dalam produksi ini berbentuk floor plan atau rundown sheet karena sistem produksi yang
digunakan adalah sistem adlib (adlibium). Sebelum pelaksanaan produksi perlu ada peninjauan latihan agar kamerawan dan crew memiliki pemahaman yang sama terhadap semua jalannya sajian. Program semacam ini biasanya direkam atau ditayangkan secara langsung dengan multikamera. Latihan juga berguna untuk seting lampu dan kamera serta perencanaan panggung (floor plan). Untuk mengantisipasi kekacauan yang mungkin terjadi karena ada perubahan acara mendadak, maka
biasanya memasang sebuah kamera yang diset total shot yang dapat melihat seluruh kegiatan panggung untuk mengisi transisi kekosongan gambar karena misinformasi. Pada produksi jenis klip, dibutuhkan naskah treatment yang berisi teks lagu dan petunjuk tempat lokasi shoting yang akan menjadi latar belakang kegiatan artis. Demikian juga bloking artis dan kostumnya perlu ditulis pada treatment. Pada produksi klipini menggunakan sistem playback, yaitu artis rekaman suara dulu di studio dan rekaman gambarnya dilakukan action mengikuti/sesuai dengan suara hasil rekaman yang diputar kembali (play
back). Pada produksi program bentuk Life show dibutuhkan treatment yang jelas tentang seluruh sajian yang harus
disiapkan. Untuk sajian yang tidak disiarkan langsung. Kegiatannya terfokus pada pengambilan gambar sebaikbaiknya.
Setelah itu dilakukan editing untuk menghilangkan kesalahan dan penyempurnaan suara sehingga menjadi
program yang baik. Pada tahap pelaksanaan produksi dilakukan seturut dengan treatment. Pada produksi Life show di studio atau melalui OB-van (outside broadcasting van) produksinya sesuai dengan rundown sheet yang telah disiapkan. Proses produksinya seperti produksi acara biasa. Pada pengambilan gambar/shoting untuk program musik dan tari dilakukan dengan sistem playback untuk menghindari gangguan suara dari luar yang tidak dikehendaki. Dengan sistem ini kesalahan penyanyi seperti suara fals, nada turun, salah ucap bisa dihindari. Sebagai pasca produksi program yang tidak ditayangkan
secara langsung adalah editing off line dan on line untuk memberi title dan caption judul lagu, nama penyanyi. Dalam editing dapat dilakukan insert/memberi sisipan atau membuang gambar yang jelek, memberi ilustrasi dari stock
shot atau foot age. Setelah selesai direview dan ditayangkan.

b. Program talk show
Tata laksana produksi progranm talk show adalah sebagai berikut:
Produser melakukan riset untuk menetapkan topik/ permasalahan yang akan di diskusikan, menetapkan tokoh yang akan diundang untuk program talkshow, menetapkan presenter yang akan memandu jalannya diskusi. Presenter menyusun permasalahan yang akan dibicarakan berdasarkan studi pustaka dari buku, surat khabar, dan riset masyarakat. Menyusun pertanyaan bila formatnya diskusi panel. Pertanyaan disusun seperti tangga dramatik mulai dari yang sederhana sampai yang rumit dan menegangkan. Dipersiapkan pula pertanyaan-pertanyaan surprise untuk menghidupkan suasana dan membuat acara menjadi dinamis dan menarik. Produksi program talkshow ini menggunakan sistem adlib sehingga tidak tergantung naskah. Pada acara yang tidak disiarkan secara langsung, program diedit dan dicarikan ilustrasi dari stockshot dan diinsertkan pada program utama. Hal ini dilakukan untuk memberikan variasi gambar sehingga tidak membosankan. Setelah selesai lalu dilakukan preview dan siap ditayangkan.

c. Program Dokumenter
Tatalaksana produksi program dokumenter adalah sebagai berikut:
1) Penentuan tema dukumenter
2) Riset untuk memperdalam materi, menghubungi personal terkait
3) Menetapkan thesis, menuliskan sinopsis/kerangka pikiran
4) Menyusun treatment yang jelas dan rinci setiap scenenya sebagai panduan shoting dan persiapan kerja
5) Shoting/pengambilan gambar sesuai dengan treatment
6) Seleksi hasil shoting, logging dan melakukan editing off line
7) Membuat editing script berdasarkan hasil editing off line
8) Melakukan editing on line berdasarkan naskah editing
9) Melakukan mixing untuk memasukkan narasi, ilustrasi musik, sound efek dicampur pada tempat yang sesuai dengan naskah editing
10) Preview dan penayangan program.

d. Program Spot
Menciptakan program Spot dimulai dengan menulis out line atau treatment dari materi dan tokoh yang telah dipilih. Adegan/scene dibuat sangat cepat dan dinamis, trik-trik efek special yang digunakan untuk memanipulasi gambar dan menambah daya tarik semua ditulis dalam treatment. Berdasarkan treatment, dilaksanakan shoting adeganadegan, rekaman musik jingle dan narasi. Setelah itu hasil gambarnya dipilih dalam editing off line. Meskipun durasinya sangat pendek tetapi materi gambar yang diambil cukup banyak, oleh karena itu harus ada seleksi yang cermat. Berdasarkan editing off line ditulis naskah editing sebagai panduan editing on line untuk memasukkan trik-trik images dan teks kedalam gambar. Dalam program spot manipulas gambar image visual merupakan seni tersendiri dengan menggunakan program grafis animasi computer. Selanjutnya hasil editing on line dimixing dengan musik dan narasi seturut naskah editingnya. Selanjutnya masuk
tahap preview dan penayangan program spot.

e. Program Doku-Drama
Program ini merupakan perpaduan antara documenter dan drama, jadi ada unsure kejadian factual/nyata tapi juga mengandung unsure manipulasinya. Dalam produksi program ini seperti layaknya produksi program yang lain yaitu dengan tahapan pengembangan gagasan, synopsis, treatment, scenario/naskah, shoting, logging, editing off line, naskah editing, editing on line dan mixing dan diakhiri kegiatan preview dan penayangan program.

f. Program Sinetron
Sinetron adalah sinema elektronik, sehingga produksinyapun seperti layaknya produksi sinema film. Perbedaannya terletak pada peralatan/hardware yang digunakan. Kalau film menggunakan alat optic tetapi sinetron menggunakan optic elektronik. Program ini biasanya didukung oleh artis pemeran dan kerabat kerja yang cukup banyak, karena biasanya merupakan suatu cerita yang cukup panjang bahkan tidak jarang dibuat bersambung. Oleh karena itu dalam produksinya juga memerlukan waktu dan biaya yang besar serta persiapan yang cukup lama. Sehingga para artispun juga harus diikat kontrak supaya tetap siap bila diperlukan untuk shoting. Sebagai persiapan produksi mesti harus ada latihan, karena semua berdasarkan naskah yang harus dihafal meskipun diperbolehkan ada improfisasi dari pemeran. Sinopsis, treatment serta scenario harus ada untuk diterjemahkan/ dioperasionalkan menjadi naskah produksi yang informatif sebagai panduan semua yang terlibat dalam produksi. Pelaksanaan produksi dipimpin oleh sutradara. Karena pelaksana/kerabat kerja cukup banyak perlu
management yang baik agar terjadi kerjasama yang baik untuk mewujudkan program ini. Proses produksinya juga sama dengan program yang lain yaitu mulai dari gagasan, sinopsis, treatment, scenario/naskah, shoting, logging, editing off line, naskah editing, editing on line dan mixing dan diakhiri kegiatan preview dan penayangan program.

4. Pengoperasian Kamera TV
Sebelum mengetahui pengoperasian kamera TV/Video seorang kamerawan sebaiknya memahami terlebih dahulu pengetahuan tentang Fotografi, karena pengetahuan fotografi sangat terkait dengan pengetahuan kamera video; Sehingga
seorang fotografer akan lebih mudah dan cepat belajar menjadi seorang kamerawan TV. Oleh karena itu sebelum menjelaskan kamera video terlebih dulu akan mengenalkan materi Fotografi.
a. Mengenal Fotografi
Fotografi artinya melukis dengan sinar. Fotografi adalah seni, seperti seni yang lain fotografi adalah komunikasi. Sangat jarang orang membuat foto hanya untuk dilihat dan dinikmati sendiri. Hampir semua orang membuat foto dengan maksud agar orang lain melihat apa yang dilihat melalui kamera Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari fotografi. Hampir setiap saat kita melihat foto. Foto selalu ada dikoran, majalah, ilustrasi, buku, iklan dipinggir jalan, hiasan dinding, kalender dan lain sebagainya. Dewasa ini banyak sekali orang yang memiliki kamera, dengan kemajuan tehnologi yang sangat pesan dalam pembuatan alat foto, memotret menjadi suatu pekerjaan yang sangat mudah. Sekarang ini untuk membuat foto
pemotretan tinggal menekan satu tombol pada kamera, kemudian kamera dengan computer yang ada didalamnya akan mengatur segala sesuatu secara otomatis, begitu mudahnya memotret sehingga anak kecilpun mampu melakukannya. Namun diantara banyak orang yang “bisa” memotret yang benar-benar pantas disebut pemotret sebetulnya hanya sedikit saja. Pemotretan yang baik bukan sekedar operator kamera saja tetapi juga seniman yang mampu mengekspresikan ide-idenya melalui hasil karya foto. Bagaimanapun canggihnya alat foto yang dipakai, tanpa dibekalim dengan pengetahuan tentang fotografi mustahil orang bisa membuat foto yang baik. Suatu foto yang bernilai dihasilkan oleh kreatifitas pemotretan yang ditunjang dengan kemampuannya mempergunakan alat foto. Maka kalau kita ingin menjadi pemotretan yang baik, tidak bisa ditawar lagi, salah satu syarat utamanya adalah memperdalam pengetahuan dan ketrampilan kita mempergunakan alat foto.

1) Kamera Foto
Sekarang ini banyak sekali kita jumpai berbagai macam jenis dan model alat foto atau kamera. Dari yang sangat sederhana sampai yang sangat canggih, dari yang harganya puluhan ribu sampai puluhan juta rupiah. Diantara berbagai jenis kamera tersebut yang paling popular dan sangat umum dipakai adalah kamera yang memakai film 135. keuntungan memakai jenis ini adalah bentuknya yang ringkas sehingga mudah dibawa dan dioperasikan, dan yang lebih penting lagi filmnya mudah didapat. Dari berbagai model dan merk kamera bisa dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu :
a) Kamera Rangefinder
Kamera jenis ini biasanya bentuknya sangat ringkas, malahan sekarang lebih banyak yang serba otomatis termasuk lampu kilat yang sudah ada dibadan kamera yang akan menyala sendiri kalau diperlukan. Karena mudah, praktis dan harganya
lebih murah, kamera jenis ini paling banyak digunakan orang. Ciri-ciri dan sekaligus kelemahan dari kamera jenis ini adalah adanya jendela pengamat (viewfinder-window) yang ada diatas lensa kamera. Di sini pemotret melihat subject
pemotretan melalui jendela pengamat yang ada diatas lensa. Sedang film “melihat” subjek yang ada dibawah jendela pengamat, sehingga ada perbedaan antara pandangan pemotret dan film yang merekam
gambar. Perbedaan tersebut dinamakan paralax.

b) Kamera SLR (Single lens Reflex Camera)
Perbedaan pandangan atau paralax tersebut tidak ada pada kamera SLR karena apa yang dilihat pemotret melalui pengamat (view-finder) adalah refleksi bayangan subjek yang melewati suatu lensa yang sama juga akan mengenai film. Jadi apa yang dilihat pemotret melalui view finder sama seperti apa yang dilihat film. Dengan demikian pemotret bisa lebih mudah mengatur baik ketajaman (focus) maupun komposisi gambar Keunggulan lain dari kamera SLR adalah lensanya yang bisa diganti-ganti sesuai dengan keinginan pemotret. Misalnya diganti dengan lensa tele, sudut lebar, dll.

2) Film
Untuk “menangkap” sinar pantulan dari subjek yang kita foto kita memerlukan film. Bahan dasar film adalah lembaran plastic transparan dimana pada salah satu isinya dilapisi bahan-bahan kimia yang peka sinar, lapisan tersebut disebut Emulsi. Pada film negative bagian emulsi yang kena sinar akan tetap melekat padqa plastic setelah film tersebut dicuci, sedang bagian yang tidak kena sinar emulsinya akan rontok semua sehingga plastic menjadi bening kembali. Kepekaan (kecepatan bereaksi sebuah film terhadap sinar tergantung dari ISOnya (dahulu ASA). ISO (international Standart Organization) adalah satuan yang menunjukkan kecepatan film bereaksi dengan sinar. Ditoko toko bisa kita dapatkan bermacam-macam film dengan berbagai ISO, dari ISO 25 s.d ISO 3200. angka ISO selalu tertera pada kantong dan selongsong setiap film yang kita beli. Makin tinggi angka ISOnya menunjukkan makin peka (cepat beraksi) terhadap sinar dan makin rendah angka ISOnya menunjukkan makin kurang peka (lambat bereaksi) terhadap sinar. Untuk membuat gambar pada film tugas pemotret
adalah mengatur agar sinar yang masuk melalui lensa kamera dan mengenai film cukup (tidak kurang, tidak lebih) sesuai dengan kepekaan film yang dipakai. Untuk itu pemotret harus mengatur alat-alat pengatur yang ada pada kamera.

3) Lensa
Dengan memakai kamera SLR kikta mempunyaim kemungkinan untuk mengganti berbagai macam jenis lensa. Dengan demikian kita lebih bisa berkreasi untuk menghasilkan efek tertentu pada subjek yang kita foto. Jenis lensa dapat diketahui dari panjang fokalnya. Panjang fokal dari suatu lensa biasanya tertulis dibagian depan. Misalnya : 50 mm. secara sederhana bisa dikatakan bahwa sepanjang fokal adalah jarak antara lensa dan bidang film pada saat lensa tersebut fokusnya pada titik tak terhingga. Biasanya kamera yang kita beli dari took sudah dilengkapi dengan lensa 50mm, lensa
tersebut adalah lensa standar atau normal. Lensa standar artinya lensa yang mempunyai sudut pandang yang hamper sama dengan pandangan manusia. Sedang lensa yang mempunyai panjang fokal kurang dari 50mm, misal 35 mm, 28 mm, 20mm dsb disebut lensa sudut lebar (wide angle), lensa tersebut mempunyai sudut pandang lebih lebar dari pandangan manusia. Makin pendek fokalnya, makin lebar sudut pandangnya. Selain lensa-lensa dengan panjang fokal yang tetap (fixed focal length) seperti tersebut diatas masih ada lagi lensa yang yang disebut zoom. Lensa zoom adalah lensa yang panjang fokal bisa diubah-ubah, misalnya 28mm – 135mm.

4) Diaphragma.
Pada lensa ada gelang berftuliskan angka-angka: 2; 28; 4;5.6 ;8 ;11 ;16 dsb. Gelang ini berhubungan dengan suatu alat berupa lempengan-lempengan baja tipis di dalam lensa yang membentuk satu lubang. Lubang inilah yang dinamakan diaphragma, sedang angka-angka yang tertera pada gelang diaphragma adalah skala diaphragma.ar kecilnya angka-angka skal diaphragma berbanding terbalik dengan besar kecilnya lubang diaphragma, demikian pula sebaliknya semakin kecil
angka skala diaphragma menunjukkan semakin besar lubang diapragma. Dengan mengatur besar kecilnya lubang diaphragma
berarti kita mengatur banyak sedikitnya sinar yang masuk lewat lensa. Seandainya kita memotret sesuatu, sedang subjek
kita tersebut cukup gelap, maka kita harus membuka lebar diaphragma agar sinar yang masuk cukup untuk menyinari film yang ada dalam kamera. Sebaliknya kalau subjek kita terlalu terang, misalnya subjek dipotret disiang hari dengan sinar matahari yang langsung mengenainya, kita haru menutup lubang diaphragma agar film ttidak terlalu banyak kena sinar.

5) Kecepatan Rana (Shutter Speed)
Didalam kamera di depan bidang film ada sebuah layer atau rana yang bisa membuka-menutup dengan selang waktu tertentu. Lamanya selang waktu antara rana tertutup-terbuka-tertutup lagi bisa diatur melalui sebuah tombol yang ditandai dengan angka-angka 1 2 8 15 30 v 60 125 250 dsb. Angka tersebut berarti 1/……. detik. Jadi misalnya
kita pasang tombol kecepatan rana pada angka 125, maka kalau kita menekan tombol pelepas rana akan membuka selama 1/125 detik kemudian menutup lagi. Dengan mengatur kecepatan rana kita bisa mengatur banyak sedikitnya sinar yang mengenai film. Kalau subjek pemotretan gelap, kita harus membuka rana lambat, misalnya ½ detik bila obyek pemotretan terang kita membuka rana cepat, misalnya 1/250 detik

6) Komposisi
Tidak dapat disangkal bahwa fotografi adalah seni. Seperti seni yang lain fotografi adalah komunikasi. Sangat sedikit orang yang membuat foto hanya untuk dilihat dan dinikmati sendiri. Hampir semua orang membuat foto dengan maksud supaya orang lain melihat apa yang dilihatnya melalui kamera. Diantara banyak foto yang dibuat orang, yang bisa dikategorikan sebagai hasil karya seni hanya sedikit saja. Ketrampilan dalam menguasai alat foto dan sinar yang merupakan bahan dasar terciptanya sebuah foto, hanyalah merupakan salah satu syarat untuk bisa menghasilkan suatu foto yang bernilai seni. Setelah itu dituntut untuk menguasai cara bagaimana merancang komposisi gambar agar tampak lebih menarik perhatian.
Hal inilah yang sering dilupakan banyak orang. Mungkin ini disebabkan karena sebuah foto dapat dibuat dalam waktu yang singkat. Foto yang menarik adalah foto yang bisa memberi kesan yang dalam. Foto yang mampu membawa emosi penonton. Emosi tentang keindahan, kegembiraan, kesedihan, kekejaman dan sebagainya. Karena foto hanyalah gambar dua dimensi sedang manusia melihat kenyataan yang ada dalam pandangan tiga dimensi, maka perasaan-perasaan tersebut diatas sulit didapatkan. Oleh karena itu pemotret harus membuat kesan gambar yang bisa menimbulkan ilusi
pada penonton bahwa apa yang dilihatnya dalam gambar adalah tiga dimensi. Untuk itu pemotret bisa mengatur susunan bagian-bagian yang ada dalam gambar dan inilah yang bisa disebut komposisi. Dengan demikian jelaslah bahwa komposisi merupakan bagian yang penting dalam pembuatan foto.

7) Pandangan Kamera
Perbedaan yang paling dasar antara seorang pemotret yang baik dan seorang pemotret yang asal jepret adalah caranya memandang suatu objek. Seorang pemotret asal jepret akan memandang suatu objek apa adanya, seperti pandangan manusia biasa. Seorang pemotret yang baik, memandang suatu objek dengan pikiran pandangan kamera. Pandangan kamera adalah dua dimensi karena melihat dengan satu lensa. Manusia biasa melihat dengan dua lensa mata sehingga
pandangannya tiga dimensi. Karena dia bisa melihat dengan pikiran pandangan kamera yang dua dimensi itu, maka pemotret yang baik akan berusaha membuat kesan tiga dimensi agar sesuai dengan pandangan manusia. Perbedaan lainnya adalah bahwa manusia melihat dengan pikiran yang dipengaruhi oleh emosi, sedang kamera hanya obyektif saja.
Contoh: kalau berbicara dengan seorang teman dengan jarak sangat dekat, tidak melihat satupun keanehan pada wajah teman tersebut. Tetapi kalau memotret dengan jarak yang sama, maka akan melihat bahwa hidungnya terlalu besar, bibir terlalu lebar dan sebagainya. Mungkin secara tehnis bisa dikatakan bahwa kamera itu benar, karena dengan jarak yang dekat akan didapat distorsi dari lensa. Begitu juga mata manusia, tetapi otak manusia mengoreksi kesalahan optis itu,
sehingga tidak terlihat adanya distorsi meskipun dilihat dari jarak yang sangat dekat. Karena manusia sudah terbiasa melihat semua kenyataan dalam pandangan pikiran manusia, maka sesuatu yang lain tidak akan terasa aneh. Dengan mengetahui perbedaan antara pandangan manusia dan pandangan kamera bisa membuat foto-foto yang lebih efektif. Yaitu dengan selalu mempertimbangkan apakah pandangan kamera seperti yang terlihat dalam viewfinder bisa memberikan imajinasi sebagai pandangan manusia. Dengan demikian mudah mengatur komposisi agar bisa didapatkan gambar yang bisa menimbulkan imajinasi sebagai pandangan manusia.

8) Pembingkaian (Framing).
Potensi akan lahirnya sebuah foto terjadi setiap kali mengangkat kamera dan melihat ke dalam viewfinder untuk mengetahui apa yang masuk dalam gambar, apa yang tidak. Kalau senang dengan apa yang dilihat dalam viewfinder tersebut, kemungkinan besar akan segera menekan tombol rana untuk mendapatkan gambarnya. Saat menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar yang dibatasi oleh bingkai didalam viewfinder kamera itulah yang dinamakan pembingkaian atau framing. Dalam fotografi framing merupakan bagian yang sangat penting dari seluruh komposisi gambar. Karena dengan menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam gambar secara tidak langsung sudah mengatur komposisi. Kalau melihat vas bunga yang ditaruh dipinggir meja, akan ada suatu perasaan yang kurang menyenangkan. Begitu pula kalau vas bunga tersebut dipindah, kemudian ditaruh di tengah sebuah meja yang sangat besar, perasaan akan mengatakan bahwa penempatan vas bunga tersebut kurang sesuai. Demikian juga yang akan terjadi pada semua gambar lukisan atau gambar foto. Bisa diandaikan bahwa meja adalah frame atau bingkai gambar dan bunga adalah sesuatu yang ingin ditampilkan dalam gambar tersebut. Dalam fotografi, pemotret harus mengatur gambar
yang sudah tersedia dihadapannya agar masuk dalam bingkai yang sudah tersedia didalam kamera. Meskipun demikian pemotret masih mempunyai banyak kemungkinan untuk membuat bingkai dari subjek tertentu. Yaitu dia bisa bisa maju atau mundur, geser kekiri atau kekanan, naik keatas atau ke bawah, memakai kamera vertical atau horizontal. Yang harus
anda ketahui untuk itu adalah bahwa setiap perubahan framing yang dibuat pemotret akan menghasilkan gambar yang berbeda. Misalnya ada seorang gadis yang harus difoto. Banyak kemungkinan untuk memasukkannya dalam bingkai dalam viewfinder kamera. Bisa mendekat untuk mengisi seluruh bingkai gambar dan wajahnya. Atau bisa mundur sehingga bisa
melihat keadaan disekitarnya. Kalau lebih menjauh lagi dia akan tampak kecil dan pohon-pohon yang ada disekitarnya tampak lebih jelas. Pilihan hendaknya memberi informasi yang jelas tentang apa yang diinginkan. Kalau memutuskan untuk memasukkan seluruh wajah gadis tadi, berarti lebih menitik beratkan pada pribadi gadis tersebut. Subjek yang memenuhi frame biasanya lebih bisa memberi kesan yang kuat. Karena penonton diajak langsung melihat pada subyek, tidak ada pilihan lain. Lain kalaumemasukkan gadis dengan lingkungan sekelilingnya. Sekarang penonton melihat objek-objek
lain selain gadis tersebut. Pilihan ini menunjukkan keberadaan gadis tersebut dengan lingkungan sekitarnya. Foto-foto semacam ini bisa memperlihatkan hubungan antara subjek dan tempat, aktifitas, suasana dan sebagainya. Selanjutnya kalau menempatkan gadis itu hanya sebagai bagian kecil dalam bingkai gambar, ini memberi kesan bahwa pemandangan alam lebih ditekankan. Sekarang gadis tadi tidak menjadi bagian pokok tetapi hanya sebagai penyerta saja. Kembali pada framing pilihan pertama, dimana memasukan wajah gadis pada seluruh bingkai gambar. Memang benar bahwa foto semacam ini menarik, karena penonton dengan jelas bisa melihat detail. Tetapi kalau membuat kesalahan misalnya dalam pemotongan,
kesalahan tersebut juga akan terlihat jelas. Sehingga gambar terasa janggal. Dalam hal pemotongan bagian tubuh manusia, ada suatu ketentuan yang harus ditaati pemotret supaya gambar tampak wajar. Untuk mengetahuinya bisa memakai sebuah foto yang sudah tidak dipakai lagi dari seseorang yang sedang berdiri. Sekarang potonglah foto tersebut dengan gunting tepat pada bagian leher, kemudian amatilah potongan foto pada bagian kepala. Dari sini akan terlihat kejanggalan
itu. Potongan gambar tersebut menimbulkan perasaan ngeri atau perasaan yang tidak mengenakkan. Hal ini disebabkan karena dan manusia-manusia lain melihat dengan pikiran. Pikiran manusia dipengaruhi oleh pengalaman yang sudah biasa mereka lihat. Maka kalau melihat foto setengah badan dari seseorang, meskipun tidak tampak tetapi tahu bahwa dia punya kaki. Demikian juga karena pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, semua manusia tahu bahwa persedianpersendian
pada tubuh manusia adalah bagian yang paling memungkinkan bisa lepas, dan manusia tahu bahwa leher yang terpotong sangat mematikan. Maka anjuran yang patut anda ikuti adalah jangan memotong tepat pada persendian, dan bisa memotong diatas atau di bawahnya. Tetapi tidak bisa membuat batas frame tepat di atas kepala dan tepat di bawah kaki. Karena kita tidak pernah berada diruangan yang pas seperti itu, kalaupun pernah tentu akan terasa tidak enak. Di dalam
rumah, di dalam mobil, justru ada ruangan diatas kepala kita. Ini juga berlaku untuk subjek pemotretan yang lain, bisa binatang, pohon, benda-benda mati dan sebagainya. Jangan membuat framing yang terlalu pas, berilah sedikit ruangan agar tampak lega. Tetapi ruangan kosong yang terlalu luas juga tidak menguntungkan, karena ruangan kosong yang terlalu
luas tidak memberi arti apa-apa. Kalau subjek jauh dari kamera, sehingga seharusnya ada ruangan dihadapannya. Pemotret harus menciptakan kesan kedalaman, supaya penonton dapat merasakan adanya ruangan di depan subjek tersebut.
Ada banyak cara untuk itu, misalnya bahwa subjek ditempatkan berada dibelakang sesuatu. Dengan cara lain, yaitu dengan menempatkan subjek di antara sesuatu yang mengelilinginya, sehingga subjek seperti berada pada suatu bingkai. Bisa juga memakai jendela, pintu, pohon, gua dan sebagainya sebagai bingkai tersebut. Tehnik ini disebut frame within frame. Melihat foto semacam ini, penonton akan merasakan adanya dua bidang datar, yaitu pada bingkai dan latar belakang, sehingga akan didapatkan kesan ruang. Kesan kedalaman atau perspekstif, bisa pula ditimbulkan oleh garis-garis yang konvergen (garis-garis panjang yang akan bertemu pada suatu titik). Seperti kalau melihat dari tengah jalan kerata api atau jalan tol yang lurus, tampak akan bertemu pada satu titik dikejauhan sana. Membuat kesan perspektif seperti itu mungkin pernah dipraktekkan sewaktu kecil dengan menggambar pemandangan gunung, di mana ada jalan lurus yang
makin lama makin kecil, akhirnya menjadi titik di kaki gunung. Dengan lensa wide angle juga bisa dengan mudah membuat kesan perspektif seperti itu, bahkan bisa menjadi lebih dramatis kalau ditempatkan suatu sebagai latar depan. Dalam framing garis-garis tersebut bisa didapatkan garis-garis pada gedung, pagar, pematang sawah dan lain-lain. Gambar tidak menarik kalau subjeknya ditempatkan tepat ditenga-tengah bingkai gambar. Gambar akan lebih menarik kalau subjek tersebut ditempatkan sedikit agak kepinggir. Ada satu hokum klasik mengenai komposisi yang disebut potongan kencana (golden section). Hukum komposisi ini dipakai oleh pemahat-pemahat Yunani kuno dan juga pelukispelukis eropa. Pada dasarnya hukum tersebut menyatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu bidang itu adalah merupakan kesatuan dari dua bidang yang saling berhubungan. Bidang yang besar mempunyai hubungan dengan yang kecil, seluruh bidang
yang saling berhubungan dengan yang besar, dengan perbandingan pembagian bidang yang besar dan yang
kecil sama dengan perbandingan antara seluruh gambar dengan yang lain. Dengan perhitungan secara kasar bisa didapat
bahwa bidang tersebut adalah 1/3 bagian, 2/3 bagian dan penuh. Hubungan 1/3, 2/3 dan penuh menurut hukum potongan kencana tersebut juga dapat diterapkan pada perancangan framing sebuah foto. Dengan membagi bidang horizontal atau bidang vertikal. Garis-garis tersebut dinamakan garis potongan kencana. Pada salah satu garis potongan kencana itulah subjek yang dimaksud sebagai pokok atau pusat perhatian dari seluruh gambar sebaiknya ditempatkan. Kalau subjek
tersebut ditempatkan di tengah bidang gambar, bagian besar dari bidang gambar menurut hukum potongan kencana tidak mempunyai hubungan dengan bagian kecil. Kalau subjek tersebut ditempatkan pada salah satu garis potongan kencana, tampak bahwa bagian yang besar dari gambar mempunyai hubungan dengan bagian yang kecil. Selain itu subjek yang tepat ditengah gambar, akan membagi bidang gambar menjadi dua bagian yang sama dan simetris, sehingga mata penonton
yang menelusuri seluruh bidang gambar, akan selalu mendapati jarak yang sama antara subjek dan tepi kiri dan kanan gambar. Hal ini akan berkesan bahwa tidak ada irama atau monoton. Gambar seperti itu terasa statis. Kebanyakan orang mengatur framing secara horizontal. Mungkin ini disebabkan karena kamera itu sendiri dibuat secara horizontal, sehingga untuk memakainya secara vertical terasa sedikit kurang enak. Juga mungkin karena manusia memandang dengan dua
mata yang letaknya sejajar secara horizontal, sehingga orang selalu merasa bahwa bingkai yang horizontal itulah yang wajar. Tetapi secara estetis, keduanya baik horizontal maupun vertical dan binatang, gunung, mobil adalah horizontal. Meskipun begitu tidak bisa membuat framing hanya menurut bentuk subjek saja. Apapun subjeknya, semuanya mempunyai kemungkinan bisa difoto secara vertical atau horizontal. Sekarang tinggal apa yang ingin lebih ditekankan atau apa yang
dibutuhkan. Dalam hal terakhir ini, para pemotret professional yang memotret untuk majalah atau ilustrasi buku, lebih mudah menentukan format dari framing. Karena biasanya majalah atau buku mempunyai format vertical, sehingga pemotret tinggal mengatur komposisi subjek supaya bisa didapat gambar secara vertical. Tetapi kalau tidak mempunyai keperluan khusus seperti itu, harus dipertimbangkan sesuatu yang lain. Kalau tidak, cobalah mencari kemungkinan lain, misalnya dengan mengubah sudut pengambilan. Bisa naik keatas pohon, berlutut, tiarap diatas tanah atau banyak kemungkinan lain yang masing-masing akan memberi kesan gambar yang berbeda. Tetapi kalau membuat suatu foto reportase atau memotret
keramaian, misalnya suatu pawai dimana semua bisa berubah dengan cepat, Pemotret tidak punya waktu untuk menganalisa framing yang sedang diatur. Dalam situasi seperti ini pengetahuan mengenai komposisi yang sudah menyatu dengan pikiran dan pemahaman terhadap sifat-sifat serta efek yang dihasilkan oleh foto, akan sangat menentukan. Pada saat seperti ini harus sudah menentukan framing sebelum mengangkat kamera. Jadi pada waktu melihat bingkai gambar dalam viewfinder dan menekan tombol rana untuk mengambil gambarnya adalah merupakan pelaksanaan dari framing yang sudah diputuskan sebelumnya. Untuk itu harus paham betul mengenai ���pandangan kamera���.

9) Pusat Perhatian
Seperti yang telah dibicarakan bahwa pusat perhatian sebaiknya ditempatkan pada garis potongan kencana, supaya gambar lebih menarik. Pusat perhatian adalah bagian pokok dari seluruh bagaian���bagian lain yang ada dalam gambar. Misalnya memotret seorang petani yang sedang bekerja disawah. Yang menjadi pusat perhatian adalah petani yang sedang bekerja tersebut. Sedang bagian-bagian gambar yang lain seperti sawah, pematang, pepohonan, lain dan sebagainya
adalah pelengkap yang menghubungkan pusat perhatian untuk menunjukkan tempat, suasana, aktifitas dan sebagianya. Demikian juga seharusnya dirasakan penonton yang melihat foto itu menjadi kesan lain. Mata penonton yang melihat sebuah gambar akan terus bergerak dari satu titik ke titik yang lain menjelajahi seluruh bidang gambar. Setelah mata penonton menemukana titik yang dimaksudkan sebagai pusat perhatian, yaitu petani, mata penonton masih akan terus bergerak. Kalau kemudian mata penonton menemukan ada bagian lain yang lebih menarik dari pada pusat perhatian yang dimaksud, misalnya warnanya lebih mencolok atau terang, maka dia tidak mendapat kesan seperti yang diharapkan. Hal serupa akan ditemui kalau latar belakang terlalu sarat dengan bermacam-macam warna dan bentuk yang dihasilkan oleh pepohonan. Mata penonton akan selalu tergoda untuk mengikuti garis-garis dari daun dan pepohonan yang ada dilatar belakang, sehingga subjek utama yang seharusnya menjadi pusat perhatian seakan tenggelam dalam latar belakang.
Untuk membantu mengarahkan pandangan penonton kepada apa yang dimaksud, yaitu harus mengatur supaya
perhatian lebih menonjol. Dalam pemotretan close-up hal ini tidak terlalu sulit, karena tidak ada atau hanya sedikit saja latar belakang sehingga komposisi atau susunan gambar menjadi sederhana. Dengan demikian penonton langsung
diajak melihat subjek seperti apa yang dinginkan pemotret. Pada foto CLOSE-UP yang besar yang menjadi pusat perhatian adalah mata. Seperti kalau berbicara dengan orang lain yang dipandang pasti matanya. Untuk foto seperti ini, karena mata yang menjadi pusat perhatian, maka mata harus benar-benar tajam, artinya focus harus tepat. Jadi bisa dikatakan bahwa makin sederhana komposisi, makin mudah mengarahkan penonton pada suatu pusat perhatian. Salah satu cara untuk
menyederhanakan komposisi adalah dengan membuat latar belakang yang polos/kosong. Misalnya burung yang sedang terbang dengan latar belakang langit yang biru. Karena latar belakang kosong, mata penonton lebih diarahkan untuk selalu melihat burung itu. Komposisi seperti ini sering dipakai dalam pembuatan foto-foto iklan. Kalau diperhatikan foto-foto iklan kebanyakan dibuat dengan latar belakang polos. Jika demikian harus mempertimbangkan apakah bagian-bagian lain dalam
gambar bisa mendukung pusat perhatian atau tidak. Apakah latar depan dan latar belakang terlalu ramai sehingga membingungkan penonton. Kalau terlalu banyak benda-benda yang masuk dalam gambar, sehingga komposisi menjadi terlalu rumit, bisa menyederhanakannya dengan cara yang disebut penajaman selektif (selective focusing), yaitu mengatur
sebagian gambar saja yang ada dalam focus, sedangkan gambar yang lain kabur. Dengan memakai bukaan diaphragma lebar dan focus diatur tepat tentu pusat perhatian akan menghasilkan gambar yang tajam pada bagian pusat perhatian dan latar belakang kabur. Sekarang komposisi menjadi sederhana. Garis-garis dan bentuk-bentuk dari pepohonan yang ada dilatar belakang menjadi tidak jelas, ini tidak menarik perhatian penonton, sehingga akan lebih mengarahkan perhatian penonton pada pusat perhatian. Membuat latar belakang menjadi kabur seperti contoh diatas memang menguntungkan. Akan tetapi latar belakang yang kabur tidak selalu baik. Kadangkadang latar belakang yang tajam diperlukan juga, misalnya untuk menekankan keberadaan subjek pada seuatu tempat tertentu atau untuk lebih menonjolkan hubungan antara subjek dan latar belakang. Dalam hal ini tentu saja diperlukan kecermatan dalam mengatur penempatan sunjek dan latar belakang sehingga tidak saling mengganggu. Jadi, latar belakang baik yang tampak kabur ataupun yang tajam keduanya bisa menguntungkan atau merugikan. Latar belakang yang kabur menguntungkan karena bisa lebih mudah mengarahkan perhatian penonton pada subjek utama. Tetapi benda-benda yang terang dilatar belakang atau pantulan-pantulan sinar dilatar belakang yang tampak sebagai titik-titik putih yang menjadi kabur karena berada dalam focus lensa akan tampak menjadi lebih besar. Ini terasa akan mengganggu karena sesuatu yang terang, misalnya warna putih akan lebih menarik
perhatian mata. Di lain pihak latar belakang yang tajam memang bisa lebih menekankan tempat dan suasana tetapi kalau tidak hati-hati mengaturnya mungkin merugikan karena komposisi lebih rumit. Subjek utama dan latar belakang bisa kita sebut sebagai figure dan ground. figure adalah gambar pokok yang menjadi pusat perhatian dan ground adalah suatu latar yang mempunyai kaitan dengan keberadaan dari figure. Dalam melihat suatu selalu mempunyai figure dan ground. Sebagai contoh, pada waktu melihat sebuah konser musik, perhatian tertuju pada penyanyi dipanggung. Di sini penyanyi tersebut menjadi figure dan sekitarnya menjadi ground. Kemudian kalau perhatian beralih kepada penabuh drum itulah yang
menjadi figure, dan seterusnya. figure dan ground akan selalu berubah-ubah sesuai apa yang menarik perhatian anda. Dalam sebuah foto pemilihan figure dan ground sudah ditentukan oleh pemotret. Pemotret menentukan dan mengatur figure dan ground sudah dalam satu gambar tunggal agar terjadi satu kesatuan, sehingga penonton bisa merasakan kesan seperti apa yang dimaksudkan. Perlu diingat bahwa figure dan ground tidak bisa dilihat dalam waktu yang bersamaan. Sama seperti waktu menonton televisi. Tidak melihat Koran sewaktu menonton televisi. Demikian halnya dalam sebuah foto. Penonton melihat figure dan ground secara bergantian. Dengan mengontrol secara menyeluruh dan dengan seksama pemotret bisa mengarahkan perhatian penonton pada figure yang dimaksudkannya. Garis-garis pantai, gunung, awan, cabang-cabang pohon, pagar yang ada sebagai latar atau ground bisa membawa perhatian penonton pada figure yang menjadi subjek utama. Pusat perhatian, seperti yang telah diterangkan selama ini, mengandaikan hanya ada satu pusat perhatian. Lalu bagaimana kalau ada lebih dari satu pusat perhatian, misalnya dua orang, beberapa buah benda, serombongan orang. Ini semua tergantung dari bagaimana posisi subjek tersebut dalam gambar. Misalnya ada dua atau sekelompok orang yang saling berdekatan rapat atau saling bersinggungan. Maka sekelompok orang tersebut bisa dikatakan sebagai satu kesatuan yang bisa menjadi satu pusat perhatian. Sedang kalau ada dua atau lebih pusat perhatian yang letaknya tidak berdekatan, untuk menyatukan mereka diperlukan suatu tegangan (tension) yang bisa mengikat perhatian penonton pada mereka. Tegangan atau tension ini bisa terjadi karena adanya arah gerak dan arah pandangan. Contohnya adalah sebuah foto
pertandingan sepak bola dimana tampak dua orang sedang berebut bola. Pandangan dan arah gerak kedua pemain tersebut mengarah pada bola, sehingga terasa ada tegangan yang menjadikan kedua pemain tersebut menjadi pusat perhartian dari seluruh gambar. Pada umumnya kita selalau menginginkan perbandingan. Dalam foto perbandingan juga penting. Orang yang tingginya lebih dari dua meter akan tampak tinggi kalau difoto diantara kerumunan orang. Kesan
tinggi dari orang yang sama tampak dia difoto sendirian dengan latar belakang sawah yang luas. Dengan menampakkan perbandingan, penonton akan mendapatkan semacam bukti yang mengesankan mengenai ukuran. Misalnya sebuah pohon raksasa atau jurang yang tinggi, akan tampak dalam foto besar atau tingginya jika didalamnya tampak juga orang yang bisa
dijadikan sebagai perbandingan. Perbandingan yang tajam, misalnya kesan berdampingan dengan yang kecil. Selain bisa memberi tekanan juga lebih menarik perhatian. Banyak orang akan melirik kalau melihat seorang gadis yang jangkung berjalan dengan seorang laki-laki yang pendek.

10) Garis dan Bentuk Komposisi
Dalam komposisi fotografi yang dimaksudkan dengan garis bisa merupakan garis nyata yang pada dasarnya adalah merupakan tepi atau batas yang membedakan suatu bentuk, sehingga dengan adanya garis-garis kita bisa mengenali suatu bentuk. Selain garis-garis yang nyata tadi, ada juga garis-garis imajiner, yaitu garis yang yang tidak tampak secara nyata, tapi mempunyai kesan ada misalnya, arah pandangan mata. Dalam komposisi, garis merupakan salah satu unsur yang penting. Bahkan pelukis pertama kali memulai mengerjakan lukisan dengan membuat bentuk garis. Telah diketahui bahwa garis bisa membangkitkan kesan prespekstif atau kedalaman dan bisa dijadikan sebagai penghubung yang menuntun mata penonton ke pusat perhatian. Selain dari itu garis juga memberikan kesan tertentu. Anak-anak yang menggambar mobil, orang, selalu memberi garis horisontal dibawahnya sebagai tempat berpijak, Pandangan mata manusia adalah horizontal, mata kita sewaktu memandang sesuatu selalu dengan mudah dan enak menelusuri dari tepi secara horizontal, sehingga garis-garis horizontal yang kita lihat seakan mempunyai kesan yang biasa, tidak mengejutkan. Dari semua contoh di atas , pada umumnya garis-garis horizontal memberi kesan stabil, tenang, istirahat (tidur) dan statis. Garis-garis horizontal yang sejajar memberi kesan di atas. Unsur lain dalam komposisi adalah garis vertikal, garis-garis ini sering kita jumpai. Garis-garis vertikal adalah bentuk utama dari pohon dan manusia. Arahnya yang atas bawah memberi kesan gravitasi, sehingga lebih menimbulkan kesan gerak.Tetapi garis–garis vertical yang banyak dan sejajar memberi kesan rintangan-rintangan seperti pagar atau sederetan orang yang berdiri menghadap kamera. Di antara unsur-unsur garis dalam komposisi, garis diagonal merupakan yang paling enak dilihat dan dramatis. Garisgaris diagonal juga lebih dinamis dan hidup, kesan garisgaris tersebut mempunyai tegangan yang tak terduga dan posisi yang terkesan tidak stabil. Garis-garis diagonal juga membuat kesan perspektif yang menimbulkan ilusi kedalaman ini bisa anda buat dengan mudah kalau anda memakai lensa sudut lebar. Dari sudut komposisi, unsur garis diagonal sering menjadikan suatu yang “mengundang mata”. Mungkin ini disebabkan karena kebanyakan yang dilihat adalah lensa vertical dan horizontal, termasuk pinggiran dari gambar itu sendiri, sehingga kalau ada unsur garis diagonal pada gambar akan segera menyegarkan. Garis-garis diagonal yang sejajar tidak tampak menjadi penonton karena mereka selalu mempunyai panjang yang berbeda. Garisgaris yang berhubungan akan menjadi suatu bentuk. Dalam komposisi bentuk merupakan kesatuan yang membuat bagian-bagian dari gambar menjadi saling berhubungan. Diantara banyak macam bentuk yang bisa terjadi, bentuk komposisi yang paling enak dipandang adalah bentuk geometris. Kalau dilihat hampir semua yang dibuat manusia mempunyai bentuk geometris. Ada tiga bentuk komposisi yang utama yaitu segi empat, segitiga dan lingkaran. Sedang trapezium dan oval adalah variasi dari ketiga bentuk komposisi tersebut. Bentuk yang paling sering dilihat adalah segi empat. Rumah, pintu , jendela, meja, televisi semua mempunyai unsur segi empat. Bahkan bentuk frame dari gambar itu sendiri juga segi empat, dan pembagian bidang-bidang gambar-gambar menurut hukum golden section yang telah diterangkan sebelumnya, juga adalah pembagian bidang-bidang segi empat. Segi empat adalah merupakan perpaduan dari gari-garis vertical dan horizontal. Garis-garis vertical dan horizontal yang bertemu cenderung menimbulkan kesan mapan, formal, statis karena garis vertical yang mempunyai gravitasi bertemu dengan garis horizontal sebagai tempat berpijak. Memotret dengan mengarah kamera keatas atau kebawah atau memakai lensa sudut lebar akan sulit untuk mendapatkan gambar dengan komposisi berbentuk segi empat. Bentuk segi empat akan lebih mudah adidapat dengan pemotretan yang lurus (waterpas). Dilihat dari pemotretan saja sudah bisa terasa bahwa komposisi segi empat itu terasa formal dan terencana. Dalam komposisi fotografi dan juga seni grafis lainnya bentuk yang paling sering dipakai adalah bentuk segitiga. Bentuk segitiga hampir selalu dapat dibuat dengan mudah karena hanya diperlukan tiga titik dan tanpa garis sejajar. Bentuk segitiga menarik karena selalu ada unsur diagonal yang membuat terasa lebih dinamis. Bentuk segitiga sangat menarik pandangan tidak hanya karena adanya garis-garis diagonal tetapi juga karena tiga titik yang dimilikinya.

b. Kamera Televisi
Gambar-gambar yang kita saksikan pada layar pesawat televisi, baik yang disiarkan langsung maupun yang telah direkam terlebih dahulu, adalah gambar yang telah dilihat oleh kamera televisi. Gambar-gambar tersebut ditentukan oleh apa yang bisa dilihat dan bagaimana cara kamera melihatnya. Sebagai contoh, apabila pada suatu malam kita berjalan-jalan di kaki lima di sebuah kota, pemandangan yang khas dari suasana malam akan nampak sempurna oleh mata kita. Kita bisa melihat dengan jelas barang-barang yang dipajang di etalase toko, hotel-hotel, rumah makan dengan neon signnya, orang-orang, kendaraan yang berlalu lalang. Dengan penerangan lampu jalan, lampu toko, lampu mobil, kiranya cukup bagi mata kita untuk melihat dengan jelas. Tetapi bagi kamera televisi, penyinaran yang demikian itu sangat kurang, pemandangan akan nampak agak gelap dan tidak jelas pada layar televisi apabila merekamnya. Tanpa gambar yang jelas pesawat televisi tak lebih dari pesawat radio, sebab pada media televisi unsur yang paling penting adalah gambar, meskipun tentu saja kita tidak boleh mengabaikan unsur audio atau suara. Jika bisa dikatakan bahwa produksi televisi sangat ditentukan oleh apa yang bisa dilihat dan apa yang tidak bisa dilihat oleh kamera.

1) Bagian-bagian Kamera TV
Kamera televisi terdiri dari 4 bagian utama:
a) Lensa/Optik
b) Kepala kamera dan body ( camera head )
c) View finder
d) VCR (Video Casette Recorder )

a) Lensa
Fungsi lensa adalah untuk mengumpulkan sinar yang dipantulkan oleh obyek sehingga membentuk bayangan optis pada permukaan tabung kamera atau CCD (Charge Couple Device). Lensa menentukan perspektif visual dari pemandangan yang dilihat oleh penonton.
Lensa tersusun atas 3 bagian:
(1) Elemen-elemen optik yang menghasilkan bayangan dan mengubah panjang fokal.
(2) Iris, yang bisa diubah-ubah untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk kedalam Kamera.
(3) Sistem mounting, pemasangan lensa pada kamera dengan sistem bayonet atau sistem ulir (C-mount).
Lensa yang digunakan untuk kamera video, biasanya lensa zoom.

Elemen-elemen optik lensa. Sebuah lensa terdiri dari sejumlah elemen-elemen optik yang ditempatkan dalam silinder metal. Elemen-elemen ini berupa kepingan kaca bulat dengan lapisan-lapisan khusus yang berfungsi untuk mengurangi refleksi sinar yang dipantulkan oleh obyek, memfokuskan bayangan pada permukaan tabung kamera atau CCD. Iris (diafragma). Iris adalah sejumlah lembaran metal tipis yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa dibuka dan ditutup untuk mengatur banyaknya sinar yang bisa masuk melalui lensa. Bila iris dibuka selebar mungkin, lensa mengirim sinar maksimum kedalam kamera, dan bila bukaan iris kita kurangi atau kita tutup, lubang diafragma akan menyempit, sehingga sedikit sinar yang masuk ke dalam kamera. Bukaan difragma diukur dengan nomor f-stop dimulai dari f/1,4 sampai f/22. Lebih kecil nomor f stop, lebih besar bukaan difragma, lebih besar nomor f-stop berarti lebih kecil bukaan diafragma. Sifat-sifat optik lensa Sifat-sifat optik lensa menentukan ukuran dan pembesaran bayangan, menghasilkan pandangan horisontal dari adegan yang difoto, dan menentukan perspektif visual dari shot. Adapun sifat-sifat optik lensa zoom adalah: panjang fokal (focal length) dan f-stop

Panjang fokal (Focal Length). Panjang fokal adalah kwalitas lensa yang menentukan ukuran pembesaran bayangan dan bidang pandangan horisontal. Panjang fokal ditentukan dengan mengukur titik pusat lensa ke titik dimana sinar berkumpul dibelakang lensa dalamkeadaan tajam (fokus). Titik ini disebut titik fokus dimana ditempatkan permukaan tabung atau CCD, untuk menangkap gambar atau bayangan. Panjang fokal dihitung dalam milimeter. Lebih besar panjang fokal, lebih sempit bidang pandangan dan lebih besar ukuran obyek.

Lensa normal menghasilkan pandangan sebagaimana mata kita melihatnya. Bidang pandangan horisontal dan pembesaran gambar lensa normal sebanding dengan apa yang kita lihat apabila kita berdiri ditempat dimana kamera berada. Panjang fokal lensa normal dalam format 16 mm (permukaan tabung kamera atau CCD berukuran 2/3 inci) kira-kira 25 – 75 mm dengan pandangan horisontal 20°- 9°, lensa sudut lebar dari 12 – 25 mm mempunyai bidang pandangan horisontal 57°- 20°, lensa telephoto dengan panjang fokal 75 – 200 mm mempunyai bidang pandangan horisontal 9°- 3°. Standar panjang fokal lensa dan sudut pandangan horisontal. Bidang pandangan horisontal adalah seberapa besarnya sudut suatu shot yang bisa diperoleh oleh sebuah lensa. Dengan mengetahui bidang pandangan horisontal lensa, sutradara dan juru kamera bisa merencanakan shot-shot dan penempatan kamera pada suatu lokasi atau studio dalam floor plan.

Lensa Zoom.
Kamera televisi pada umumnya mempergunakan lensa zoom. Lensa zoom adalah lensa yang bisa diubah-ubah panjang fokalnya, dari sudut pandang yang paling lebar (wide angle) ke sudut yang paling sempit telefoto.

Zoom range adalah batas perbandingan antara panjang fokal lensa zoom terpendek dan terpanjang. Zoom range biasanya dituliskan dengan dua nomor, misalnya 10 x 12. Nomor pertama 10 adalah zoom rangenya, artinya perbandingan panjang fokal terpendek dengan panjang fokal terpanjang adalah 10 : 1. Sedangkan nomor yang ke dua 12 adalah panjang fokal terpendek dalam milimeter. Jadi 10 x 12 artinya lensa tersebut mampu membuat zooming dari 12 mm (panjang fokal terpendek) sampai 120 mm (panjang fokal terpanjang).
Lensa zoom dalam melakukan zooming bisa digerakkan dengan cara:
Manual : mengatur sudut pandang dan kecepatannya dengan memutar sticknya.
Servo : dengan menekan tombol yang menggerakkan motor elektronisnya.
Dengan lensa zoom ini kita bisa menghasilkan fokus yang tepat apapun bidang pandangan yang kita kehendaki dengan membuat kalibrasi atau prefokus lensa sebelum shot-shot direkam. Dekatilah subyek dengan zoom in, kemudian atur fokus sehingga obyek nampak tajam. Bila obyeknya manusia fokuskan pada matanya. Setelah focusing dengan melakukan zoom out buatlah framing dan komposisi seperti yang kita inginkan. Kemudian rekaman bisa kita mulai, pada saat merekam kita buat zoom in secara perlahan, gambar akan tetap fokus sepanjang kamera atau subyek tidak bergerak dari posisi semula. Apabila jarak dari kamera ke subyek berubah, misalnya dengan merekam adegan baru pada subyek lain yang posisi atau jarak berbeda, tentu saja kita harus mencocokkan fokus lagi untuk menghasilkan gambar yang tajam. F – stop. F-stop adalah satuan bukaan iris (diafragma). Dengan merubah f-stop berarti menambah atau mengurangi cahaya yang masuk kedalam kamera. Semakin tinggi nomor fstop, semakin kecil bukaan diafragma, semakin sedikit sinar yang masuk kedalam kamera. Semakin kecil nomor f-stop, semakin besar bukaan diafragma, semakin banyak sinar yang masuk kedalam kamera. Bilangan f-stop tersebut telah dirancang sedemikian rupa sehingga setiap naik satu stop, maka banyaknya cahaya yang melewati diafragma tinggal separuh dari semula. Sebaliknya dengan turun 1 stop, sinar yang masuk 2 kali lipat

Fokus. Fokus adalah pengaturan lensa yang tepat untuk jarak tertentu. Gambar dikatakan fokus apabila proyeksi gambar yang dihasilkan oleh lensa jatuh dipermukaan tabung atau CCD, jelas dan tajam. Juga yang nampak pada viewfinder atau TV monitor.
Bidang Kedalaman (Depth of field) atau Ruang Tajam. Bidang kedalaman atau depth of field adalah bidang dimana obyek-obyek di depan dan di belakang obyek utama nampak dalam fokus. Bidang kedalaman sangat penting untuk hal-hal teknis dan estetis. Secara teknis, shot dengan bidang kedalaman yang luas, memudahkan juru kamera mengikuti action, gerakan subyek. Bidang kedalaman yang sempit mengharuskan kita secara terus menerus mengubah fokus, apabila subyek ataupun kamera sendiri bergerak. Secara estetis bidang kedalaman sangat berperan dalam menciptakan perspektif visual pada keseluruhan adegan (shot). 3 hal yang menentukan bidang kedalaman adalah:
(1) panjang fokal lensa
(2) f-stop bukaan iris dan
(3) jarak antara kamera dan obyek.

Panjang fokal. Lebih pendek panjang fokal atau lebih besar sudut pandang lensa, lebih dalam atau lebar bidang kedalaman. Panjang fokal ditambah, bidang kedalaman semakin sempit.
F-stop. Lebih kecil lensa dibuka (lebih besar nomor fstop), lebih luas bidang kedalaman. Lebih besar bukaan lensa (lebih kecil nomor f-stop), bidang kedalaman lebih sempit.
Jarak kamera dengan subyek. Semakin jauh jarak antara kamera dengan subyek, makin luas bidang kedalaman. Semakin dekat jarak kamera dengan subyek, semakin sempit bidang kedalaman.
Perspektif Lensa. Menunjukkan cara lensa memotret kedalaman, dimensi dan hubungan antara obyek-obyek di dalam videospace. Lensa normal menghasilkan perspektif normal, videospace nampak wajar sebagaimana mata kita melihatnya. Lensa wide angle (sudut lebar), menambah kedalaman, jarak antara latar belakang dengan latar depan lebih jauh dari kenyataannya. Gerakan yang mengarah menuju ke kamera atau meninggalkan kamera nampak lebih cepat dari gerakan sebenarnya. Lensa telefoto (sudut sempit) mengurangi kedalaman ruangan, jarak antara latar belakang dengan subyek utama nampak dekat sehingga gambar terkesan datar. Gerakan menuju atau meninggalkan kamera nampak lebih lambat dari gerakan yang sebenarnya.
Filter. Filter befungsi untuk mengubah atau mencocokkan cahaya yang masuk ke dalam kamera. Filter koreksi suhu warna. Televisi berwarna membagi cahaya yang terlihat oleh mata manusia menjadi 3 warna primair, yaitu merah, hijau dan biru (RGB). Ketiga warna ini apabila dipadukan dalam perbandingan yang tepat (R=30%, G=59%, B=11%) akan menghasilkan warna putih, dengan perbandingan yang berbeda akan menghasilkan warna-warna yang lain. Warna dari suatu benda disebabkan oleh pantulan cahaya yang mengandung warna tertentu. Benda putih terlihat sebagai warna putih yang tepat apabila dikenai cahaya putih. Tetapi cahaya putih yang murni jarang sekali, kebanyakan yang kita lihat adalah sebagai warna putih yang mengandung warna kebiru-biruan atau kemerah-merahan. Mata kita secara otomatis bisa mengimbangi perubahanperubahan itu dengan mengubah balans warna, sehingga kita selalu melihat warna putih sebagai putih, tetapi kamera televisi tidak. Untuk memecahkan masalah ini, kamera video dilengkapi dengan sebuah filter yang dipasang pada suatu piring ditempatkan di antara lensa dan tabung kamera. Roda filter ini berisi sejumlah filter koreksi warna yang berbeda, masingmasing bisa secara cepat diputar dicocokkan dengan kondisi cahaya yang kita pergunakan untuk melakukan rekaman. Umumnya Kamera video memiliki 2 buah filter koreksi warna. Untuk shoting didalam ruangan dengan cahaya lampu video kita pasang filter 3200°K dan untuk shoting dengan penerangan cahaya matahari kita gunakan filter 5600°K. Cahaya matahari banyak mengandung warna biru. Kalau kita memasang filter nomor 2 untuk matahari, sebetulnya kita memasang filter berwarna oranye, yang bisa mengimbangi banyaknya warna biru yang terdapat dalam cahaya matahari. Sebaliknya cahaya lampu video lebih mengandung warna merah, maka kita pasang filter nomor 1 (3200°K), yang berwarna kebiru-biruan. Sumber cahaya yang lebih tinggi intensitas sinarnya mengandung warna biru, sumber cahaya yang lebih rendah lebih mengandung warna merah. Perbedaan warna cahaya ini tergantung pada suhu, dan diukur dengan derajad Kelvin.
White Balance. Intensitas cahaya berbeda-beda pada saat yang berbeda dalam sehari. Cahaya pagi hari atau senja mempunyai suhu 2000°K, cahaya tengah hari mempunyai ukuran 10.000°K. Karena intensitas cahaya sangat berbeda maka filter koreksi warna tidak bisa menghasilkan warna putih yang tepat. Maka dari itu kamera video juga dilengkapi dengan tombol untuk menyetel white balance. Cara termudah untuk menyetel white balance ialah dengan mengarahkan kamera terhadap benda putih apa saja yang berada dalam kondisi cahaya yang sama dengan cahaya yang kita pergunakan untuk merekam adegan.
Cara menyetel white balance:
Pertama-tama cocokkan filter koreksi warna dengan kondisi cahaya yang kita pakai shoting. Arahkan kamera terhadap benda putih apa saja. Kamera di zoom sampai yang terlihat dalam viewfinder hanyalah warna putih.Tekan tombol pengatur white balance. White balance harus diubah, apabila keadaan cahaya berubah.
Filter Neutral Density (ND). Berfungsi untuk mengurangi intensitas sinar yang terlalu kuat tanpa mempengaruhi kwalitas warna cahaya. Filter ini digunakan bila kamera membuat rekaman dimana kondisi cahaya terlalu tinggi. Dengan mempergunakan filter ND ini kita bisa membuat selective focusing atau rack focus. Karena pemasangan filter ini akan memaksa bukaan f-stop melebihi normal; sehingga mempersempit bidang kedalaman tanpa mengurangi intensitas cahaya.

b) Camera Head
Camera head berisi:
(1) Sistem Optik Internal
Semua kamera televisi berwarna menggunakan sistem optik bagian dalam, yang berfungsi memisahkan cahaya yang difokuskan oleh lensa ke dalam 3 warna primair (RGB). Sistem optik yang biasa digunakan adalah prism beam splitter (prisma pemisah cahaya), yang menerima sumber cahaya secara maksimum dan sedikit sinar yang hilang atau mengurangi distorsi optik. Kamera televisi yang lebih murah harganya biasanya menggunakan sistem optik cermin dikroik (dichroic mirror).
(2) Photoelektric transducer
Photoelectric transducer berfungsi mengubah bayangan optis dari lensa ke dalam sinyal elektronik yang disebut sinyal video. Baik itu berupa pickup tube (tabung), maupun CCD (charge coupled device).
(3) Pickup tube
Jenis tabung yang banyak digunakan adalah jenis Plumbicon dan Saticon. Tabung-tabung ini mampu menghasilkan gambar berwarna yang berkwalitas tinggi.
Tabung Plumbicon yang dibuat untuk kamera studio tersedia dalam 2 ukuran, format berdiameter 1¼ inch (30mm) dan 1 inch (25mm). Format ini menunjukkan ukuran permukaan photoconductive pada tabung. Semakin lebar permukaan tabung, semakin bagus kuwalitas gambarnya. Kamera studio yang baru dengan format 2/3 inch (18mm) dan kamera ENG/EFP dengan format ½ inch (12mm) juga mampu menghasilkan gambar yang berkualitas tinggi.
(4) CCD (Charge Coupled Device)
CCD adalah sebuah microchip terpadu sebagai pengganti pickup tube. Fungsinya persis sama, hanya cara kerjanya berbeda. CCD memberikan beberapa keuntungan, bentuknya lebih kecil dan ringan sehingga kamera bisa dirancang lebih praktis dan ringan dari pada kamera tabung.
(5) Viewfinder
Viewfinder adalah jendela pengamat dimana kita bisa melihat obyek-obyek yang masuk ke dalam kamera. Viewfinder dengan ukuran 1 – 6 inch merupakan sebuah pesawat televisi hitam putih kecil yang berfungsi mengubah sinyal video kembali menjadi gambar yang bisa dilihat.

Juru kamera bisa menggunakan viewfinder ini untuk mengatur framing, menyusun komposisi dan memfokuskan gambar. Dalam produksi multikamera pada viewfinder kita bisa menyaksikan hasil gambar yang sedang on air atau masuk program pada switcher di kontrol room dengan menekan tombol return video, sehingga kita bisa melihat bagaimana adegan yang sedang kita rekam dicampur adegan darikamera lain dengan efek khusus. Di bagian dalam viewfinder dilengkapi dengan lampu-lampu indikator atau display tulisan yang menginformasikan white balance, low light (kurang sinar), on recording, baterai atau kaset yang nyaris habis. Pada viewfinder bagian depan terdapat lampu merah kecil yang dinamakan tally light, lampu ini menyala apabila kamera sedang record atau on air.

2) Gerakan Kamera
a) Pan, Panning
Pan adalah gerakan kamera secara horisontal (mendatar) dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Pan right (kamera bergerak memutar ke kanan) Pan left (kamera bergerak memutar kekiri)

Gerakan pan biasanya dilakukan untuk mengikuti gerakan subyek (orang yang sedang berjalan), mempertunjukkan suatu pemandangan yang luas secara menyeluruh. Gerakan pan secara pelan menimbulkan perasaan menanti. Kadang-kadang panning cepat atau swish pan dilakukan untuk menghubungkan dua peristiwa yang terjadi di dua tempat. Jangan melakukan panning tanpa maksud tertentu. Sebelum melakukan panning hendaknya terlebih dahulu menentukan titik awal dan titik akhir dari shot (adegan) yang akan direkam. Apabila kita mengikuti gerak seseorang yang sedang berjalan (follow camera) berilah ruang kosong yang lebih longgar di depannya. Ruangan kosong ini dinamakan leading space.

b) Tilt, Tilting
Tilting adalah gerakan kamera secara vertikal, mendongak dari bawah ke atas atau sebaliknya. Tilt Up – mendongak ke atas Tilt Down – menunduk ke bawah Gerakan tilt dilakukan untuk mengikuti gerakan obyek (peluncuran balon, pesawat take off dan sebagainya), untuk menciptakan efek dramatis, mempertajam situasi. Seperti halnya dengan gerakan panning, alangkah baiknya apabila ditentukan dulu titik awal dan titik akhir shot.
c) Dolly, Track
Dolly atau track adalah gerakan kamera diatas tripod atau dolly mendekati atau menjauhi subyek. Dolly In – mendekati subyek Dolly Out – menjauhi subyek

d) Pedestal
Pedestal adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa di naik turunkan. Sekarang ini kebanyakan menggunakan Porta-Jib traveller.
Pedestal Up : kamera dinaikkan
Pedestal Down: kamera diturunkan
Dengan menggunakan teknik pedestal up/down kita bisa menghasilkan perubahan perspektif visual dari adegan.

e) Crab
Gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subyek yang sedang bergerak. Crab left (bergerak ke kiri), Crab right (bergerak ke kanan)


Dibaca hingga paham semua, di bidang apa yang kita mampu,semua harus paham tentang film jika ingin masuk dunia film,
INDONESIA CREATIF FILM
UBAY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar